Tanggul Jebol

Assalamualaikum,,

Bo.....
Serem banget deh tu tanggul jebol yang di Tangerang, Banten.
Ga kebayang deh kalo ada tanggul penahan air segedhe itu jebol, macam apa coba aliran yang semula ditahan ama tu tanggul.
Kalo banjir sih kita masih bisa tau bakal datang, coz banjir biasanya datang secara bertahap kan.
Nah ini, tanggul jebol, yang ada bukan bertahap datangnya air, tapi keroyokan macam pelajar yang terlibat tawuran.-->ga nyambung

Hemmm,,,,
Gue jadi pengen bahas tu masalah nih.
Tapi bahasnya dikit aja ah.
Daripada salah dan entar rancu kan ga enak juga.

Kata gue ya, jebolnya tu tanggul karena beberapa faktor.
Faktornya bisa dari human error bisa juga dari faktor alam.

Masalah human error tu maksudnya gini, tu tanggul kan dah ada sejak jaman penjajahan Belanda, emang udah jadi rahasia umu kalo nkonstruksi bangunan yang dibuat oleh kompeni tu bagus dan kokoh.
Sebagai contoh, di Semarang masih ada Lawang Sewu, kawasan Kota Lama, semua bangunannya masih berdiri kokoh sejak jaman penjajahan.
Tapi ya, bo...
Ini bakal lain ceritanya ama tanggul Situ Gintung tersebut.
Perkaranya tuh yang dibuat berupa tanggul.
Biar gimanapun, daya tahan tanggul itu ga bisa sekokoh rumah ato gedung.
Secara, fungsi dari tanggul tersebut tuh sebagai penahan air yang otomatis bersinggungan langsung dengan si air.
Karena ada kontak langsung dengan air, mau ga mau dalam kurun waktu yang ga sebentar, tanggul itu udah mulai terkikis oleh air yang dia bendung.
Kikisan demi kikisan itu membuatnya rapuh ato ringkih.
Kikisan yang diterima semakin memperbesar pori pori kapiler dari tanggul tersebut.
Dan pada akhirnya, si tanggul menyerah dimakan waktu yang berduet ama air yang mengkikis ketabahan si tanggul itu.
Sungguh lebai analisa gue ini.

Selain dari sisi bangunan yang mungkin emang dah ga layak pakai, masih ada lagi hal hal yang bisa digolongkan human error yang memicu jebolnya tanggul ini.
Pemerintah.
Ha???
Kok pemerintah??
Ada apa dengan pemerintah?
Apa mereka pernah berbondong bondong datang ke tanggul itu dan pipis berjama'ah gitu???
Ya ga lah.
Kata gue sih pemerintah juga bakal kena dampak dari jebolnya tanggul Situ Gintung.
Secara ga langung pemerintah juga bertanggung jawab ama peristiwa ini.

Korban pasti nyalahin pemerintah pasca insiden ini.
Kalo gue sebagai korban, gue bakal mikir, pemerintah kurang peduli pada tanggul itu.
Pemerintah ga menijau tanggul itu.
Ato pemerintah ga melakukan peremajaan terhadap tanggul itu.

Tapi, mungkin juga pemerintah tu udah pernah datang dan meninjau spot spot itu.
Cuma, barangkali mereka lebih memilih mendirikan mall daripada nge-repair hal vital itu.
Kurang berprovit kali ya bagi mereka.

Setelah semua terjadi, semoga pemerintah lebih "care" ama inventaris yang ada di wilayahnya ini.
Ga cuma pemerintah, tapi warga juga harus bahu membahu menjaga tanggul itu.

Selain itu, terjadi kesalahan yang fatal.
Tempat yang semula dibangun oleh kolonial Belanda pada tahun 1933 itu didedikasikuan sebagai tempat penampungan dan area resapan air.
Then, sekarang ini, sejauh yang kita tau, daerah itu telah dijadikan permukiman juga sebagai tempat wisata.
Efeknya bagi pemerintah sudah pasti mereka mendapat pemasukan dengan berdirinya housing di daerah itu.
Mereka juga menjadikan tanggul itu sebagai aset daerah, sebagai obyek wisata.
Obyek wisata yang menelan korban.
Sungguh ironis banget.

Niat dapat devisa daerah, yang ada malah lebih dari 50 orang saudara kita musti kembali ke Rahmatullah.

Jadikan pelajaran aja.
Semoga kita bisa bertindak lebih banyak dan lebih bijaksana dikemudian hari.
Mari dari sekarang kita lakukan usaha preventif agar ga terjadi lagi tanggul jebol macam ini.

Tu pembahasan gue dari sisi human error.
Sekarang dari sisi faktor alam.
Pikir gue, tu tempat penampungan meluap gara gara hujan deras yang sebelumnya mengguyur daerah setempat.
Hujan dikala pancaroba gini malah serem.
Ga cuma hujan, tapi juga disertai ama angin kencang.
Gue mikir gini, wajar aja kalo ada angin kencang disaat hujan pancaroba gini.
Secara angin kan bertiup dari suhu dan tekanan tinggi ke suhu dan tekanan rendah.
Jadi di daerah yang bersuhu tinggi seperti daerah Jakarta tu pergerakan angin jadi besar.
Angin bermigrasi gitu deh.
Dan mereka pindah dalam skala yang besar.

Akibat angin dan curah hujan yang tinggi, ga bisa dipungkiri lagi kalo tanggul tanggul yang ada *ga cuma tanggul Situ Gintung* kuwalahan menghadapi terjangan hal hal itu.
Seperti yang udah gue bilang sebelumnya tentang tanggul yang terkikis.

Eniwey
Sekarang ini bukan saat yang tepat buat saling menyalahkan dan saling menuntut pada pihak yang bertanggung jawab.
Sekarang ini tiba waktunya bagi kita, saudara sebangsa, wajib menolong anggota keluarga kita yang sedang diuji oleh Sang Khaliq.


Well....
Tu semua cuma pemikiran gue doang.
Kalo ada yang mau ngasih komen, apapun itu, mau ngeralat, kritik ato saran, gue terima dengan tangan terbuka...
Gue sambut dengan hangat pula.
Silahkan ninggalin komennya di chat box aja.
Soalnya, menu komen di blog gue ini ga fungsi gitu deh.

Makasih dah baca unek unek dari gue...

Wassalamualaikum...

NB : Ada yang ngerasa beda ama tulisan aku kali ini ga???
Heheheh,, di tulisan ini aku nyoba pake kata "gue".
Tapi kesannya malah jadi aneh.
Gak bakat pake bahasa gaul nih...

Newer Post Older Post