01/04/2012 - 01/05/2012

Wanita Itu Menyesatkan (?)

Suatu ketika di fb si bunda, gue ngebaca "aku tidak mau mengenal wanita untuk sekarang ini, kata u****zku wanita itu menyesatkan".

What the heck??

Gue pikir "anak ini homok ya? Atau dia penah dikecewain wanita dan akhirnya jadi homok? Atau anak ini sedang mendeklarasikan ke dunia kalo dia homok?"

Ok, seketika itu gue nge-judge kalo dia homo. Homo sejati bahkan..
Tapi..
Pemikiran gue ternyata salah..
Beberapa saat kemudia dia komen ke foto temannya (perempuan) dan bilang "ih cantik banget pake baju dinas itu".

God d*mn it..

Gue salah..
Selama ini gue keliru..
Ternyata..
Ternyata dia bukan homo..
Dia itu..
Dia adalah seorang..
Dia itu seorang hermaprodit..
Najong..

Kali ini, gue ga mau bahas perkara dia homok atau hermaprodit, yang mau gue bahas adalah tentang kata kata "wanita itu menyesatkan"-nya..

Benarkah wanita itu menyesatkan?
Kalo memang wanita itu menyesatkan, kenapa elo bisa ada di dunia ini?
Jangan jangan elo lahir secara ga sengaja ketika salah satu dari orang tua lo bersin?
Ga mungkin kan??

Guys, kenapa elo anggap wanita itu menyesatkan?
Karena banyak wanita yang berpenampilan seolah memancing nafsu gitu?
Kalo itu alaasan elo, coba pikir ulang deh, mereka emang mancing nafsu lo, ato diri elo sendiri yang terpancing padahal mereka ga ngapa ngapain?
Be good sportive, man..

Terus lagi, kalo elo pikir bahwa bergaul sama cewek itu bakal membawa lo ke jalan yang sesat, itu berarti..
Itu berarti..
Itu berarti elo super duper bego, nyong..

Ah elu mah, katanya belajar di Boarding School, tapi hal simple gini aja elo ga ngerti..
Sorry ya, man..
Elo punya "titit" ga?
Kalo elo punya, berarti elo laki laki..
Kalo elo laki laki, berarti elo seorang imam..
Tugas seorang imam itu apa?
Membawa makmumnya ke jalan yang benar kan ya..
Kalo elonya yang meleset berarti elo gagal sebagai imam, gagal sebagai laki laki dan elo ga pantas membawa "pusaka" itu..
Gue harap elo segera menurunkan "pusaka" itu secara suka rela..

Banyak orang berpikir, mengenal lawan jenis pada usia muda itu menyesatkan..
Bagi gue, ga sama sekali..
Justru dengan begitu, kita bisa belajar bagaimana bersikap terhadap lawan jenis.
Kita ga bisa menyamakan cara kita bergaul sesama laki laki dengan kita bergaul dengan perempuan.
Secara, kita ga mungkin ajak temen kita cewek ngejar layangan, atau cari ikan di selokan.
Dengan cewek, kita bisa menggambar, bermusik atau bahkan berolahraga ringan.
Dan semua kegiatan itu ga membuat elo macam homok kok..
Justru kalo elo bersikap sesuai porsi kepada cewek, itu baru namanya cowok gentle..

-gentle artinya apa coba? Cowok sejati? Macho? Perkasa? You wrong, gentle itu lembut-

Gue asumsikan, elo enggan berhubungan dengan perempuan yang range usianya sama dengan elo..
Remaja atau ABG gitu kan??
Kenapa elo berpikir begitu?
Sekali lagi, gue rasa banyak sisi positif dengan kita mengenal lain jenis.

Kalo emang cewek ABG itu menyesatkan, kenapa Tuhan tidak menciptakan wanita dewasa saja? Tanpa perlu terlahir sebagai bayi..

Guys..
Gue ga bakal menikah kalo wanita itu menyesatkan..
Kenyataannya wanita itu tidak menyesatkan..
Jadi ya gue nikah sama wanita..

Mungkin, ini cuma pendapat gue lho ya, orang yang bilang kalo wanita itu menyesatkan adalah orang orang yang tidak bisa mengendalikan diri dan mengkambinghitamkan wanita atas keteledoran dirinya sendiri..

Jadi guys, perkara wanita itu menyesatkan atau tidak, sebenarnya tidak, tapi kalo lo ga ngerti gimana cara bergaul yang baik dengan lawan jenis, ya pemikiran "wanita itu menyesatkan" lah yang keluar.
Sebagai contoh, gunting itu berguna bagi manusia, tapi kalo elo gunainnya ngaco, ya bisa habis itu titit elo..

Jangan deh elo bilang wanita itu menyesatkan, karena, itu sama aja elo ga menghormati, ga menghargai ciptaan Tuhan, secara wanita itu ciptaan Tuhan, bukan oleh iblis kan..

Well, itu pendapat dan analisa gue..
Memang sih, tulisan ini ditujukan pada laki laki berpemikiran cupet..

Bagi kaum hawa, gue ada pertanyaan buat elo..
Apa elo pikir laki laki itu "penjahat kelamin"??

Send me feedback, guys..

See ya...

XoXo oCHy d'vibrator

Powered by BlackBerry®

Polisi Orang Tua dan Malin Kundang Abad Milenium

Hal apa yang pertama kali muncul di benak elo semua ketika dengar kata "Polisi"?

Hal apa yang pertama kali muncul di benak elo semua ketika dengar kata "Spiderman" atau "Power Rangers"?

Well..

Gue yakin antara kondisi pertama dan kondisi kedua memiliki jawaban yang saling kontradiksi.

Iya, gue juga mikir gitu kok.

Yang muncul di benak gue ketika dengar kata Polisi adalah "gue bakal kena masalah".

Sedangkan hal yang muncul ketika dengar kata Spiderman maupun Power Rangers adalah "syukurlah bumi punya superhero profesional yang membela rakyat".

Ketika ada kecelakaan di jalan raya, dan di situ ada polisi, apa yang elo pikirkan?

Kalo gue mikir "wah, urusan makin panjang nih".

Berbeda ketika gue ketemu Spiderman, "Untung ada Spiderman, jadi korban bisa segera diantar ke rumah sakit".

Ketika gue kecurian laptop beberapa tahun lalu di Bandung, gue berpikir untuk lapor ke polisi tentang kejadian ini.

Ketika gue diskusikan dengan pak RT, katanya malah bakal keluar duit banyak kalo urusan polisi.

What???

Lantas lagi, ketika kena penipuan transaksi online, gue niat laporin ke polisi, eh ternyata kata orang orang "itu mah buang buang duit aja".

#dafuq is this??

Kenapa gue banyak dengar cerita dan citra buruk dari suatu instansi yang seharusnya mengayomi dan melindungi kita..

Di saat seperti ini lah gue berharap Spiderman dan Power Rangers benar benar ada..

Ok..

Itu bagian pertama dari tulisan ini, lanjut ke bagian selanjutnya, tentang "Orang Tua".

Orang Tua atau "Ortu", bapak ibu kita, papa mama kita, ayah bunda kita, orang yang membesarkan dan mendidik kita, orang yang melindungi kita, orang yang menjaga kita, tempat kita berkeluh kesah, tempat kita minta uang jajan, orang yang harus kita ceritakan di depan kelas saat SD dulu, serta seseorang yang akan menangis haru ketika kita wisuda.

Ya, itu orang tua.

Gue nulis tentang orang tua, ada apa dengan orang tua gue?

Ya ga ada apa apa, mereka baik baik saja..

Cuman, gue sedang merasa "aneh" dengan hal hal yang gue alami..

Suatu ketika, gue mau liburan ke Batang.

FYI, batang itu daerah Jawa Tengah, gue perjalanan dari Semarang pake baju dan naik motor.

-kebanyakan orang nulis "gue perjalanan dari Kota X pake motor/mobil", gue pikir, elu autobots ya?? Pasti elu temennya Optimus Prime..-

Dan Semarang - Batang bukan jarak yang dekat, jendral..

Jauh jauh hari gue udah bilang sama ortu tentang rencana itu, gue udah rencana mau pake motor baru mama, secara motor tempur kesayangan gue lagi bermasalah.

Pas hari H, ada kejadian aneh..

Gue ga diijinkan pake motor mama dengan alasan "motorya masih baru".

What kind of argument was that??

Gue diskusikan dan jelaskan kondisi motor gue yang ga sehat, tapi gue gagal..

Akhirnya berjuang lah gue sama belalang tempur itu.

Sepanjang jalan gue udah ngerasa was was sama ini motor.

Dan benar aja, gue kena insiden..

Kampas rem belakang gue kebakar..

Ya, elu ga salah baca dan gue ga salah ketik, KEBAKAR..

Mateng dah kalo gini ceritanya..

Kena musibah di luar kota itu rasanya sesuatu banget.

Ketika gue lapor ke ortu tentang masalah itu, bukan solusi yang pertama gue dapat, justru omelan..

Nah lo, kenapa gue yang disalahin gini??

Gue debat lah (bukan diskusi lagi), secara ga mau disalahin gitu aja, kan gue udah kasih alasan yang valid sebelumnya..

Well, walau apapun alasan gue, pemenangnya tetap ortu, dan gue sebagai korban sekaligus terdakwa.

Itu kisah gue beberapa bulan lalu..

Tapi yang paling hot, adalah kisah gue saat tulisan ini dibuat..

Jam 1 pagi, selasa, menuju semi final liga champion.

Gue sakit..

Gue sakit karena ngisep banyak asap, debu dan polusi..

Gue batuk, dan mana pula gue ngerokok..

Ya, akhirnya gue deklarasikan gue perokok.

Jam 12, gue ngerasa lemes banget, akhirnya gue turun ke lante 1, gue mau tidur di ruang komputer aja.

Ruangan yang bebas polusi, ketimbang kamar gue yang pengap..

Pengap di sini bukan karena asap rokok, gue udah berhenti ngerokok di kamar beberapa hari lalu.

Dan gue sudah mengurangi rokok.

Next, sampe di lante 1, gue bilang ke mama kalo gue sakit.

Coba tebak, apa respon dari mama?

Ha??

Ya..

Tepat sekali..

Gue kena marah..

Yah, wajar sih gue kena marah, secara sakit ini kan akibat kesalahan gue sendiri.

Tapi kan..

Tetep aja, sebrandal brandalnya anak, kalo sakit itu pengen diperhatikan orang tua..

Coba deh, preman mana yang kalo sakit ga pengen dirawat sama ibunya?

Ga ada bos..

Preman aja gitu, apa lagi gue yang itungannya seorang yang cukup terpelajar, serta seorang tukang poto. (Iye, ga nyambung emang)

Gue mah pengen diperhatiin, dikasih solusi kek gitu, apa lagi gue lagi bengek bengeknya..

Alhasil, daripada dengerin omelan yang bikin kepala makin pusing, gue milih tidur aja.

Mama gue lantas cerita ke papa, mungkin dikira gue udah tidur ya, beliau berdua pun mengatakan sesuatu yang gue sebagai anak merasa tertohok dan berpikir "jadi selama ini gue berandal ya? padahal kan gue berusaha hidup mandiri, gue bukan acuh, tapi memang mereka juga ga bakal paham apa yang gue rasakan".

Es-Ha-I-Te...

Gue nyesel turun ke lante 1.

Mendingan gue tidur di kamar gue yang pengap tapi hati gue tenang ketimbang gue berada di tempat yang nyaman tapi pikiran gue penuh beban..

Ok, dari kedua kisah di atas, mari kita buat suatu pembelajaran..

Gue tujukan tulisan ini buat anak, orang tua serta instansi penegak hukum.

Gue ga ada maksud menjelekjelekkan pihak tertentu, dan gue pun ga berminat jadi "Malin Kundang abad Milenium".

Sebagai manusia, sebagai makhluk sosial, kita ga bisa hidup sendiri.

Kita hidup saling membutuhkan satu sama lain.

Dengan adanya seseorang selain kita di hidup ini, kita akan merasa nyaman, aman serta tenang.

Kita tinjau di lingkungan umum..

Kita emang ga bisa dapat lingkungan yang 100% aman bebas pencopetan, pemerkosaan maupun pemadaman listrik bergilir..

Hehehehe.. Bercanda bos..

Tapi walo itu semua terjadi, asal kita memiliki seseorang yang bisa jadi pelindung, hidup kita akan cukup tenang..

Karena kita percaya ada seseorang yang akan melindungi kita.

Iya ga sih?

Nah, kita analogikan di rumah, seorang anak itu belum pernah jadi dewasa sebelum oraang tuanya dewasa terlebih dahulu..

Logis ga?

Jadi orang tua lebih dulu merasakan "dewasa" sebelum anak..

Dan di situlah peran penting orang tua dalam mendidik dan mengarahkan anak..

Mereka seyogyanya memberikan lingkup keluarga yang aman nyaman serta kondusif untuk mengajarkan atau menanamkan budipekerti.

Mengintimidasi seorang anak, walau apapun alasannya itu sebuah kesalahan fatal kalo menurut gue, karena itu akan mematikan karakter anak.

Contohnya gue, setelah dengar pembicaraan ortu, gue ngerasa useless dan hanya sebagai beban doang..

Jujur gue desperate banget tadi, tapi gue berpikir, "ok, gue merasakan hal ini, sudah cukup gue aja, jangan anak anak lain, jadi orang tua harus diberitahu", makanya lahirlah tulisan ini

Dari sisi seorang anak..

Woy!!

Elu tu ya, udah dikasih duit, dikasih kebebasan memilih jalan, dikasih kesempatan mengembangkan bakat dan minat, tapi nape ga elu gubris nasehat orang tua??

Gue kasih tau ya, ga ada orang tua yang tega melihat anaknya menderita dan ga ada orang tua yang mau menjurumuskan anaknya.

Elu mah ngadunya ke bokap nyokap kalo lagi kepepet doang, eh tau ga sih lo, kalo orang tua itu pingin denger perkembangan apa saja yang diperoleh anaknya..

Yah, kesannya kayak balita aja sih, tapi percaya deh, suatu ketika elu bakal sadar kalo orang tua itu berharap elu cerita, sharing ke mereka..

Quality time for Family chit chat..

Udah ah nulisnya, kapalan jempol gue bikin postingan ini di BB..

See ya, guys...

-oCHy d'vibrator-

Special thanks to my Daddy, DR. Drs. Sugiharto Ms, my Mommy Nunuk Indah Winarni ( I dunno how to mention your titles, mom, to much I think) and last but not the least, my beloved Siti Kholifah as known as "Bunda".

Low Light Photoshot

3 tukang poto, 3 kamera pro, beberapa lensa tajam bukaan gede.
Di atas kertas pemotretannya berjalan lancar..
Dengan gear yang begitu, sungguh mudah menghasilkan image bagus.

Tapi, ada pepatah mengatakan "man behind the gun".
Atau pada kondisi kali ini pepatahnya gue ubah jadi "eye behind viewfinder".

Dengan 3 tukang poto bermata 4, pemotretan dengan kondisi low light seperti ini adalah petaka..
Mata kami kurang kompeten dalam menangkap fokus dan cahaya..

#dafuq
#derita
#tukangpoto
#mataminus

-pemotretan Festival seni ReiLongSai Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga-
Powered by BlackBerry®

Newer Posts Older Posts