Kangen ama Keluarga

Assalamualaikum...

Hari ini gue ngerasa kangen banget ama keluarga gue.
Dah lamat ga kumpul kumpul bareng.
Gue kangen ama papa, mama dan adek gue.

Dari gue kecil tuh keluarga gue udah mencar mencar gitu.
Pas gue lahir aja papa ga nemenin mama di rumah sakit.
Boro boro di rumah sakit, orang gue aja lahir di pinggir jalan juga.
Sejak lahir sampai umur 5 taun, gue udah jauh jauhan ama papa.
Papa musti nerusin kuliah S1nya di UNAIR.
Papa di Surabaya sedangkan gue di Pematang Siantar.



Lanjut, gue SD ampe sebagian SMP juga jauh dari keluarga.
Gue waktu itu nomaden.
Pernah di Medan, Jambi, Kediri, Surabaya dan Semarang.
Waktu itu papa lagi nyelesaiin S2nya di UNAIR juga.

Nah, dari SMP ampe taun lalu pun gue juga jauh dari papa.
Beliau nyelesain S3 kedokterannya di UNAIR.

Gue pun musti kuliah di Bandung.
Mau ga mau pisah dari keluarga lagi nih.

Setelah papa lulus S3, gantian mama gue yang ambil S2 di UNS Solo.
Jauh deh dari mama.
Ga cuma itu.
Adek gue yang paling kecil, si Sheva sekarang malah tinggal di Singapura.
Tambah jauh.
Gue deket ama Sheva tu cuman 3 taun doang, bis itu kami pisah jarak karena musti menjalani kehidupan masing masing.-->cie,,,,,



Btw, gue minta bantuan doanya ya.
Adek gue tu lagi sakit.
Udah tinggal di negeri orang, sakit pula, kasian banget nih.

Sebenarnya adek gue tu sakitnya udah 2 minggu lalu.
Kena demam tinggi gitu.
Tapi ya, musti demam gitu, kemaren dia telpon gue dan bilang kalo lagi maen air di kolam renang.
Busyet, ni anak katanya sakit, tapi kok masih aja maen gitu.
Kuat apa nekat tuh???

Berhubung adek gue sakit, si papa langsung jenguk dia ke singapura.
Udah sejak tanggal 4 kemaren sih.
Tapi sampai sekarang belum balik nih.

Yang sakit adek gue, tapi semua kena dampaknya.
Contohnya gue yang kena dampak negatifnya.
Berhubung papa ke Singapura pada tanggal 4, otomatis pekerjaan yang mustinya papa lakukan di awal bulan jadi kacau.
Salahsatunya tu jatah bulanan gue yang belum ngalir.
Yup, sampe sekarang papa gue belum sempat ngasih biaya hidup gue di Bandung.
Entah sampe kapan nih bertahan di kota orang tanpa bekal finansial yang jelas.
3 mingguan ini gue hidup bermodalkan sisa jatah gue bulan lalu.
Gue bergantung cuma pada duit 200ribu doang nih.
Tragis.
"Kenapa papa lu ga transfer dari singapura aja sih?", ada teman gue tanya gitu.
Jawabannya mudah, sangat mudah.
Kenapa papa ga transfer dari sana aja tu karena papa gue gaptek.
Tepat sekali, gaptek.

Emang sih papa tu lulusan S3 kedokteran UNAIR dengan status cumlaude.
Tapi apa daya, papa cuma berbekal hape Siemens C25.
Hape yang belum ada penunjuk jamnya juga belum bisa getar.
Udik ya....
Tapi biar gimanapun aku bangga ama papa gue.
Gimana ga bangga, akhirnya papa gue nerbitin buku tentang kedokteran gitu loh.
Mau tau isinya??
Wah itu rahasia.
Tapi ini gue kasih sedikit bocoran.
Jujur, cuman ini yang gue tau tentang buku si papa.
Gue tau karena yang ketik BAB II ini gue, jadi maaf kalo banyak tulisan yang salah.
Ini ketikan asli dari gue buat papa gue yang belum di-edit.

BAB II Otot skelet memiliki kira-kira 40% dari seluruh massa tubuh. Satu jenis otot skelet tersusun atas ratusan sampai ribuan serabut otot (muscle spindle) dan dibungkus olejaringan ikat yang disebut empimysium. Tetapi seabut serabut otot tersebut membentuk beberpa fasikulus yang dibungkus perimysium. Serabut otot identik dengan ssatu sel yang memanjang. Tiap tiap serabut otot dibungkus oleh jaringa ikat endomysium. Dalam setiap serabut otot dida[atkan sejumlah elemen kontraktil (myofibril) kira-kira 80% volume sel. Myofibril berupa batang memanjang yang tersusun beberapa segmen (sarcormere) yang di dalamnya juga tersusun oleh beberapa unit kontraktil yang berupa myofilamen. Myofilamen terdiri dari dua jenis protein kontraktil, yaitu filament aktin dan filament myosin. (Vander, 1985; Guyton, 1991) Filamen aktin terdiri dari dua buah rantai berpilin memanjang yang terdiri dari bahan polipeptida globuler dan fibrous. Pada polipeptida globuler terdapat rangkaian active side. Selain itu terdapat bentuk protein yang berfingsi sebagai regulator interaksi aktin-miosin, yaitu 1) tropomiosin, merupakan rangkaian molekul protein yang berpilin memanjang berperan dalam menutup active-side aktin, 2) troponin, merupakan bentukan tiga macam polipeptida, yaitu troponin T (mengikattropomiosin terhadap aktin), troponin inhibitor (terikat pada katin yang berfungsi mencegah interaksi aktin-miosin), troponon merupakan tempat ion kalsium, yang berperan dalam membentuk active-side. (Vander, 1985; Marieb, 1989; Guyton, 1991) Filamen miosin terdiri dari batang myosin (tempat melekatnya meromiosin) dan meromiosin. Meromiosin terdiri dari dua bagian, pertama light meromyosin (LMM) yang melekat pada batang myosin, kedua heavy meromyosin (HMM) merupakan bagian terberat yang mengandung head of myosin. Tangkai HMM bersifat sebagai flexible joint. (Darnel, 1986; Guyton, 1991) Masing –masing muscle fiber diselimuti oleh membran sel yang disebut sarcolemma, yang mempunyai banyak inti sel dibagian tepid an mempunyai plasma cair yang disebut sarcoplasma. Dalam sarcoplasma terdapat banyak miofibril, mitokondria, dan organel-organnel sel yang lain seperti pada sel umumnya. (Guyton, 191) Otot skelet merupakan budak dari system saraf. Bila neuron motorik terangsang, maka rangsangan listrik akan diteruskan melalui akson ke neuromascular junction untuk diteruskan ke muscle fiber. Satu neuron motorik bersama beberapa cabang akson yang menuju muscle fiber disebut sebuah motor unit. (Vander, 1985; Marieb, 1989; Guyton, 1991) Tiap jenis otot skelet tersusun dua macam otot, yaitu slow twitch (ST) dan fast twitch (FT) yang mempunyai porsi berbeda. Kedua macam otot tersebut bila dirangsang listrik menunjukan respon waktu twitch contraction (TC) yang berbeda. Fast twitch menunjukan waktu twitch contraction 50 milidetik atau dua kali lebih cepat dibandingkan dengan slow twitch 110 milidetik. Tetapi bila slow twitch dilatih, maka slow twitch dapat berkontraksi lebih cepat dari 110 milidetik. Fast twitch otot bola mata mempunyai twitch contraction 7,5 milidetik. (Moucastle, 1980; lamb, 1984) 2.1.2 Mekanisme Kontraksi Otot Skelet Uraian kontraksi otot skelet secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 2.1.2.1 Rangsangan saraf dan pelepasan asetikolin Proses rangsangan listrik dari otak dan sumsum tulang belakang akan sampai pada muscle fiber melalui akson dan neuron motorik. Rangsangan listrik yang sampai di akson terminalis menyebabkan terjadinya potensial aksi. Potensial aksi tersebut akan mengakibatkan terjadinya pelepasan asetikolin (exocytosis) dari sypnatic vesicle pada presynaptic ke dalam synaptic gutter. 2.1.2.2 Asetikolin dan potensial aksi membrane sel Asetikolin yang berada pada synaptic gutter akan berikatan denga reseptornya pada sarcolema (postsynaptic), sehingga akan terjadi depolarisasi membran sel otot skelet (perubahan oermeabilitas membrane dengan masuknya ion natrium ke dalam sarcolema dan keluarnya ion kalsium). Depolarisasi sarcolema tersebut akan menimbulkan potensial aksi membran sel yang kemudian disebarkan keseluruh membran sel dan T tubule. 2.1.2.3 Pelepasan ion kalsium dai sarcolplasmic reticulum Potensial aksi yang disebabkan dari membrane sel dan yang diteruskan melalui T tubule akan merangsang terminal cisternee-sarcoplasmic­ reticulum untuk melepaskan ion kalsium. Ion kalsium akan berikatan dengan troponin C pada filamen aktin. Akibat ikatan tersebut akan mendorong filamen tropomiosin yang menutup celah-celah active-site filament aktin. Pada otot yang dalam keadaan relaks, maka jumlah troponin C yang berikatan dengan kalsium jumlahnya sama dengan jumlah troponin inhibitor. 2.1.2.4 Proses sliding-filament a. Cross bridge attachment Terbukanya celah active site menyebabkan myosin cross bridge (berenersi tinggi) bebas untuk berkaitan dengan active site dari filamen aktin. b. Power stroke Proses Cross bridge attachment menyebabkan sliding, dimana aktin akan maju ke sentral sarkomer. c. Cross bridge detachment Terikatnya ATP yang baru, pelepasan head miosin aktin. d. Cocking dari myosin head Hidrolisis ATP untuk memberikan tenaga pada head myosin pada cooked. e. Mekanisme relaksasi Fase relaksasi dimulai dari metabolisme asetilkolin oleh asetilkolenesterase pada synaptic glutter. Proses selanjutnya adalah : - Pelepasan ion kalsium terhenti dan terjadi uptake ion kalsium kedalam sarkoplasma reticulum (perlu ATP). - Tanpa ion kalsium pada TNC, active site akan ditutup kembali oleh tropomyosin dan aktin-miosin kembali ke posisi semula. (Vander, 1985; Marieb,1989; Guyton, 1991) 2.1.3 reflek dan Sistem Kontrol Saraf pada Otot Skelet Untuk mengatur kontraksi otot skelet tidak seperti pada otot jantung maupun otot polos yang dikendalikan saraf otonom simpatis dan para simpatis. Sedangkan otot skelet digerakkan melalui serabut saraf somato-motorik dan mempunyai organ sensorik khusus (Mareib, 1989). Organ sensorik khusus tersebut berupa mekanoreseptor. Organ tersebut adalah mucle spindle dan golgi tendo organ yang bermialin (Guyton, 1991). Mucle spindle merupakan modifikasi dari serabut otot skelet yang berupa gelendong otot. Gelendong otot tersebut mempunyai kapsul jaringan ikat fibrus. Gelendong otot mempunyai dua macam serabut saraf sensorik tipe IA dan II menuju gsmms motoneuron di medulla spinalis. Tipe IA akan menghantarkan rangsangan peregangan otot yang mendadak dan cepat, sedangkan tipeII menghantarkan rangsangan yang bersifat statik. Pulsa rangsangan yang diterima gamma motoneuron bukan hanya dikembalikan pada alfa motoneuron pada otot yang sama maupun pada otot antagonis (Morehouse, 1976), sehingga rangsangan peregangan tersebut akan menghsailkan kontraksi otot yang lebih kuat. 2.1.4 Latihan Kekuatan dan Daya Ledak Otot Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dipengaruhi oleh jenis otot yang dominan, system metabolism energy, dan system saraf. Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot merupakan proyeksi daya ledak otot. Kekuatan dan daya ledak otot sangat diperlukan dalam pencapaian prestasi olahraga (Clarke, 1980), terutama pada cabang olahraga yang adu kekuatan dan kecepatan. Untuk mendapatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dibutuhkan waktu, sebab hal tersebut tidak dapat timbul dalam waktu yang singkat. Jadi timbulnya kekuatan dan kecepatan kontraksi otot diperlukan program latihan fisik. Program latihan fisik tersebut bertujuan untuk memperbaiki system enersib(terutama penyediaan enersi anaerobik), memperbaiki sistem persyarapan otot, serta menambah jumlah serabut otot fast twitch. Beberapa bentuk latihan yang dipergunakan untuk meningkatkan kekuatan, daya ledak dan daya tahan otot adalah latihan isometrik, isotonik dan isokinetik. Latihan isokinetik dan latihan pliometrik dapat meningkatkan kemampuan vertical jump (Blattner and Noble, 1979). Selain itu ada beberapa prinsip latihan untuk meningkatkan kakuatan, daya ledak serta daya tahan otot yaitu penambahan beban, berulang-ulang, frekueisi latihan dan lama latihan. 2.1.5 Latihan Pliometrik 2.1.5.1 Bentuk latihan pliometrik Sejak dua puluhan tahun terakhir ini dikembangkan suatu cara latihan untuk menimbulkan daya ledak otot. Bentuk latihan tersebut dikenal sebagai latihan pliometrik (Luddin, 1986), yang merupakan bentuk baru dari latihan isotonok yang bertujuan untuk mengembangkan explosive power (Polhemus and Burkhardt, 1980; Wilmore and Costil, 188). Bentuk latihan pliometrik memperbaiki dan mengembangkan sistem neuromaskuler, hal tersebut telah dibuktikan pada pelari jarak pendek dari Rusia Valeri Borsov, pada Olimpic Games 1072 yang dapat berlari 100 meter dalam 10 detik (Berger, 1984; Radcliffe and Farentinos, 1985; Luddin, 1986). Ada beberapa bentuk gerakan dasar latihan pliometrik untuk kelompok otot panggul dan kaki : a. Bounds, bentuk gerakan ini ditekankan lompat-loncat setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya, dimana saat melompat –meloncat maupun mendaratnya bisa dengan satu kaki maupun dua kaki seperti gambar 1. Otot yang terlatih adalah fleksi paha (sartorius, iliacus, gracillis), ekstensi lutut (rectus, femoris, vastuslateralis medus/ inter medus), ekstensi paha (hamstring muscle, gluteus), fleksi lutut dan kaki (gastrocnemeus) serta kelompok otot adductor dan abductor paha. b. Hops, bentuk gerakan ini terutama ditekankan pada kecepatan gerakan kaki untuk mencapai lompat-loncat setinggi-tingginya dan jauh mendaratnya tubuh. Tumpuan maupun mendaratnya melompat –meloncat bisa dengan satu kaki maupun dua kaki seperti gambar 2. Otot yang terlatih adalah fleksi paha (sartorius, iliacus, gracillis), ekstensi lutut (tensor fasialata, rectus femoris, vastus lateralis/medius/intermedus), ekstensi dan fleksi paha (hamstring muscle, gluteus), fleksi lutut dan kaki (gastrocnemeus) serta kelompok otot adductor dan abductor paha. c. Jumps, bentuk latihan ini hanya ditekankan pada ketinggian lompat-loncat (satu atau dua kaki bersama-sama dengan posisi kaki lurus) seperti gambar 3. Otot yang terlatih adalah fleksi paha (sartorius, iliacus, gracillis), ekstensi lutut (rectus femoris, vastus lateralis/medius/intermedus), ekstensi dan fleksi tungkai (hamstring muscle, gluteus), fleksi lutut dan kaki (gastrocnemeus) serta kelompok otot adductor dan abductor paha. d. Blank e. Skips, bentuk gerakan ini merupakan lompat dengan tumpuan satu kaki seperti pada gambar 5. Otot yang terlatih adalah fleksi paha (sartorius, iliacus, gracillis), ekstensi lutut (tensor fasialata, rectus femoris, vastus lateralis/medius/intermedus), ekstensi dan fleksi paha (hamstring muscle, gluteus), fleksi lutut dan kaki (gastrocnemeus) serta kelompok otot adductor dan abductor paha. f. Richosets, bentuk latihan ini merupakan garakan loncat kecil-kecil, cepat dan berulang-ulang dengan satu atau dua kaki bersama-sama seperti gambar 6. Disamping beberapa bentuk dasar latihan pliometrik di atas, latihan pliometrik juga dapat dilakukan dengan beberapa alat yang sederhana. Alat yang sederhana tersebut antara lain menggunakan bok, gawang, dan tangga, khususnya untuk meningkatkan kelompok otot panggul dan kaki.


Ampuh banget ga tuh.

Bangga banget deh ama papa gue ini.
Meski tingginya cuma 158 cm, tapi bagi gue papa tu orang yang tinggi prestasinya.

Salut deh...

Lets pray for our family, hope that they will be fine anytime and anywhere
.

Thanx.

Wassalamualaikum...

Newer Post Older Post