2010

Hidup Itu Ga Susah

hidup ini ga susah...

menjalani hidup itu gampang banget..

bagian yang susah bukan cara menjalaninya tapi mencari tujuan dan makna hidup ini..

mencari arahnya itu yang susah...

setelah kita menemukan arahnya, kita hanya perlu melangkah sesuai irama dan tetap fokus pada tujuan kita..

#likalikuhidup #geje

The Orientation -episode 3, dilema-


April, 07th, 2008. New York.

“Where are you? No phone call, no text, no email, nothing... Where you’ve been all week?” He asked me this morning.

That dialogue always rushing up in my mind for at least 12 hours ago.

‘Why I couldn’t tell him the truth?? Because I love him? Yes, of course, no doubt, I love him, indeed. But, because of I love him, I couldn’t tell him the truth... I don’t wanna hurt him... I’ve push him so far, and now I won’t let him down’

‘Ok, it will be better if I go to sleep now. I have to’

When I lay my mind away, deep inside my dream, my phone is ringing.

“Alejandro,,,” voice from no where in my phone.

‘girl voice, I wondering who is she. Who calling me int this time, does she now what time is it???’’

“Ugh, yes.. who’s there?” I try to open my mouth really hard while answering

“It’s me, Maria, oh, did I wake you up, beyb??”

“Oh, Maria, no, not at all... I already woke up 5 minutes ago” Yeah, I lie.

“What happen? Why you make a call in the middle of the night?”

“What??? Wake up, honey... Look at your clock right now... You batter fast and take a shower”

I take alrm clock, 10 a.m...

”What?!?!?!?!?!?!?!?! Is my clock broken??”

“No, dummy, you’re the only thing that broken is your ears. Can’t heard while the clock was ringing”

‘Ugh, stop lecturing me’

“Ok, I late for work, call you later, beyb.. I’ve to go.. Love you..”

Click...

I ended this phone call.


In my bathroom, while have a shower...

‘Ehhh... What did I say before??? Did I just say “love you” before?? What??? Did I falling in love with her?? Oh no... I can’t hold this feeling anymore...’

Yeah..

I love her...

That’s why I couldn’t tell where I’ve been for this all week.

I was with Maria.

Someone I met in bar, Brooklyn..

That’s why I couldn’t tell Fernando..

I love Fernando, but now I start to falling love with Maria..

‘Oh, come on Alejandro... Don’t be stupid... You are Fernando’s boyfriend... There is no way for Maria... The only thing that you should do is remembering when someone broke your heart, yes, when she broke your heart 5 years ago... You hate her and all of this species...’ I told my self..

Enough for Maria.. I won’t hurt Fernando... I Promise..

[but, still... deep inside my heart I love her.. I love Maria]

The Orientation -episode 2, you make me fly-





June, 23rd, 2007. Central park.

Fernando : I don’t think if all of this shit will be alright. We’ve done a horrible think you know..

Alejandro : Indeed... But I just wanna tell you, I love you, and I’ll beside you all the time to fight with this mess..

Fernando : Oh, you always make me fly.. --> blush

Alejandro : Yeah...

[both of them are hugging]

Fernando : Emmm.... Honey, I’m not ready to tell my mom about us, yet..

Alejandro : It’s ok, dear.. The only thing that you need is wait for the perfect time to tell your mom.. Not now and don’t be in hurry.. Trust me, she will understand...

Fernando : Oh... Thanks, honey.. That’s why I love you...

[they kiss each other, ughhh]


-grab the picture from http://www.flickr.com/photos/huke_plk/favorites/with/4616323097/ -

The Orientation -episode 1, he left him-


Today, in Lynn City.

don't call my name again alejandro..
don't even think about ask me to be with you again alejandro..
we won't make it up alejandro..
i hate you..
i hate you when you said you love me..
did i love you?? yes i loved you.. i was..
but now, i'll leave you alone with your girl..
i hate you..
i do hate you..

[and fernando leave him alone. what about alejandro? he still stuck on this mind. he doesn't believe if his boyfriend left him a moment ago]


-habis denger lagunya lady gaga, tiba tiba kepikiran bikin dialog telenovela. tunggu episode berikutnya ya-

Disloyalty





I would not be mad if you leave me....

The only thing makes me angry is disloyalty...

Intuisi Ibu

menyembunyikan sesuatu dari mama adalah hal yang mustahil..

beliau memiliki intuisi yang ga bisa dijelaskan dengan logika terhadap saya..

barang sekecil apapun pasti diketahuinya.

kalo bercandaannya "misal saya lupa gosok gigi pun mama tau"

dan sekarang bukan hanya tentang saya, tapi juga tentang pasangan saya, mama juga tau tentang kami...

[intuisi yang luar biasa]

Kau Memperhatikanku

Salut..
Dia melihat saya..

Melihat dengan caranya.
Melihat dengan matanya.
Melihat dengan tajam.

Hebat.
Dia menilai saya..
Menilai dengan skalanya.
Menilai dengan perhitungannya.
Menilah kedua sisi saya.

Kagum.
Kagum padanya..
Kagum pada pemikirannya.
Kagum pada keteguhannya.
Kagum pada langkahnya.

Tidak saling menjatuhkan.
Saling menjaga.

Tidak saling menjelekkan.
Saling menyangga.

Dewasa.
Tidak gegabah.
Menyaring yang ada.
Mengayak remahan berita lama yang itu memang saya.

Mengambil yang baik sebagai kelebihan.
Menerima yang buruk sebagai pembelajaran.

Dua sisi dia dapatkan.


Cerpen - Kita Sesuai tapi Tak Sama

"Ayah tu ya..." kata Ara pada Dana "Dari dulu sampai sekarang ga pernah berubah... Tetep aja egois, majuin logika daripada perasaan"

"Lha bukannya gitu, kan ini memang kebutuhan dan semua ini juga buat kita, bun..." dalih Dana pada istrinya.

"Itulah yang bunda takutkan dari dulu, ayah tu egois, kerjaan aja yang dipikirin, gimana perasaan bunda ayah pasti ga tau.."
"Dulu katanya kalo kita udah berumah tangga, ayah bakal lebih perhatian, nyatanya mana?"

Konflik itu muncul.
Muncul setelah Dana memberitahunya.
Spontan Ara kecewa. Tak jauh beda.
Memang seperti itu sikap Dana yang dia kenal.
Gila kerja, bahkan sampai egois, mementingkan pekerjaan dengan alasan 'bekerja itu ibadah, dan aku bekerja untuk keluargaku'.

"Iya, bunda tau alasan ayah ambil job itu, bunda paham, yah. Bunda sangat paham" Dana hanya mampu termenung.
Pertempuran batin.
'Mana yang harus ku pilih, tetap di sini bersama istriku dan orang tuanya atau aku harus menerima tawaran kerja itu dan merantau tanpa istriku?' pertanyaan itu terngiang di hati Dana.

Jelas jika merantau berarti dia harus meninggalkan istrinya.
Hamil anak pertama plus adaptasi lingkungan hidup baru bukanlah paket combo yang menyenangkan bagi Ara.

"Bunda, ya, ayah memang egois. Ayah harus mengambil langkah ini. Maaf. Ini demi kita dan anak kita"

Beberapa Hari Setelah Dana Merantau.

"Lha, mustinya elo support laki elo, bukan ngehalangin dia buat kerja. Toh hasil kerjanya buat sapa coba? Buat keluarga elo juga kan.." kata Shab, sahabat Ara.
Logika Ara mulai berjalan, tapi perasaan halus dan lembutnya merasa terkoyak saat fakta sang suami memilih bertugas di luar daerah daripada istrinya itu.

"Gini deh, ini gue habis baca dari buka, tapi gue lupa buku apa dan kalimat sempurnanya macam apa, tapi gue tau intinya. Cek email lo, Ra.." kata Shab.

"Iye. Bentar, gue cek dulu. Ntar gue telp elo lagi. Thanks ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam" jawab Shab dari telponnya.

5 Menit Kemudian, Di Tempat Dana Merantau

"Maaf, sebentar..." kata Dana pada clientnya.
Dana membuka pesan masuk itu.. Did I say that I miss you before?' Dana pun tersenyum dan menulis 'nope for today' lantas menekan tombol 'send'.
Ga sampai 10 detik, kembali ada pesan masuk yang isinya 'miss you, ayah'.
Tombol 'reply' ditekan lantas mengetikkan sesuatu.
'miss you, bunda..'.
'Message Delivered to Bunda'

*TAMAT*

Guys, elo penasaran ga isi email si Shaa? Kalo iya, langsung ini disimak..

"Laki laki dikaruniai Alloh sifat khusus yang dominan seperti keras dan kuat, banyak berfikir sebelum bertindak dan lambat serta kurang memberi perhatian. Mengapa demikian? Karena tugasnya tidak jauh dari fungsi perbekalan sifat tersebut. Mereka harus mendayagunakan akalnya sebelum bertindak, karena akibat dari tindakannya akan berdampak besar. Sedang wanita dibekali Alloh dengan kelembutan dan sikap penyayang. Itulah makhluk yang masing masing punya sifat istimewa. Kekurangan akal pada wanita dan kurang peka pada kehalusan dan kasih sayang maupun perhatian pada laki laki bukanlah cela. Itu bukan aib, bukan kualitas, hanya soal kuantitas saja kekurangan itu. Jadi, haruskah kita berselisih lagi?"

Katakan "Ya"

Saat kamu mengatakan"Ya"maka lakukanlah. Saat kamu mengatakan"Ya"jangan pernah berpikir'apa yang terjadi jika aku bilang tidak?'. Jika kamu berkata"Ya", maka tantangan baru akan segera datang. Sebelum kamu katakan"Ya", perhatikan dulu kemampuanmu. Jangan ragu untuk mengatakan"Ya, saya siap"jika kita diberi amanat. Jadilah orang yang'AMANAH'. Jangan berkata"Ya"jika 5 menit kemudian kamu berkata"Tidak"atau"maaf aku tidak mampu". #likalikuhidup

jangan mau dibatasi dan jangan pernah membatasi

Gue berdiri di sini.

Gue menulis di sini.

Dan gue sadar hidup di sini.

Hidup di dunia yang sudah gue jelajahi, walau baru sebagian kecil saja.

Gue sadar kalo ga semua hal yang gue lakukan di sini itu benar.

Gue juga sadar kalo hidup sendiri di dunia ini itu mustahil.

Tapi ada hal yang gue yakinin, gue ga akan mundur dari apa yang sudah gue pilih.

Misal pilihan itu salah, gue ga akan berhenti dan berbalik arah.

Gue akan terobos batasan salah dan benar, gue hancurkan batasan itu.

Jadi semula ada batasan antara salah dan benar, gue akan hancurkan di suatu titik di mana hal yang salah bisa saja enjadi benar jika kita mau mengubahnya.

Gue ga asal ngomong, karena di masa sekian ini, langkah gue sudah mulai terprogram.

Langkah gue sudah bukan seperti langkah anak belasan tahun yang masih mengejar kesenangan.

Pandangan gue bukan menuju pada apa yang akan terjadi sehari setelah langkah ini gue ambil, tapi hingga beberapa hari bahkan beberapa tahun kedepan, apakah langkah ini akan banyak mempengaruhi hidup gue.

Di sini gue sudah mulai menemukan dunia, bukan lagi mencari, bukan lagi meraba bukan lagi menerawang.

Pilihan gue, jalan gue dan tujuan gue sudah terdoktrin dalam dan tajam di kepala ini.

Ingat, jalan pikiran kita berubah sebanding dengan pengalaman yang kita dapat bukan berbanding lurus dengan bertambahnya usia kita.

Apalah arti seonggok angka yang melekat pada diri kita jika angka angka itu tidak bermakna…

Apalah arti kita mengingat mati karena tau umur kita yang semakin berkurang.

Sungguh tiada guna kalo menurut gue.

Yang terpenting bukan berapa umur kita saat mati, tapi seberapa banyak pengalaman kita saat mati kelak… [gue ga mau bahas tentang agama dulu]

Buat apa kita berdiam diri di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama.

Apa elo ga merasa waktu itu berjalan sangat cepat, jika elo ga cepat mengambil langkah, waktu elo akan habis dan elo ga bisa kembali ke waktu yang sama, itulah mengapa ada yang namanya penyesalan.

Jangan samapi elo menyesal, menyesal seperti orang tua di luaran sana yang miskin akan pengalaman.

Jangan sampai kelak elo berkata “kenapa gue ga coba hal itu ya dulu saat masih muda??”

Pengecut, bukanlah orang yang ga berani menerobos batas dan membuat hal gila serta perubahan.

Tapi pengecut adalah orang yang tau kalau di situ ada jalan, tapi ga mau mengambilnya karena terpancang pada aturan yang bila dilogika sama sekali ga lebih dari pengekangan belaka.

Bukan gue bilang “jadilah pembangkang” tapi apa artinya hidup jika tanpa masalah yang membuntuti kita, jika tanpa masalah yang menghadang kita, jika tanpa masalah di tangan kita.

Karena, salah satu ciri orang hidup adalah mempunyai masalah di sekitarnya.

Perubahan itu perlu, seperti kita perlu makan.

Setiap saat harus ada perubahan, karena dengan perubahan, kita mencoba banyak cara, dan mengetahui banyak jalan dan mendapat banyak pengalaman tentunya.

Sama bukan, sama dengan kita berwisata kuliner, banyak incip incip, tenang aja, elo ga akan mati kekenyangan karena mencoba semua hal itu, elo ga akan mati hanya dengan mencoba.

Cobalah, cobalah hal yang belum pernah elo lakukan di dunia ini.. [dalam konteks positif]

Jika elo seorang orang tua, jangan batasi mimpi anak lo, biarkan berkembang, mungkin tidak akan sejalur dari perkiraan elo.

Tapi yakinlah, kalo emang elo sudah menanamkan modal dasar baik di diri anak elo, maka anak elo bakal punya filter sendiri dalam melangkah.

Jika elo seorang yang haus pengalaman, ok, siapkan langkah, siapkan catatan, tulis semua ide lo yang ada di otak lo maupun otak orang lain.

Buat skala prioritas, dan mulai langkah pertama pada rencana teratas menurut skala prioritas.

Jangan takut akan salah langkah, seperti yang udah gue bilang, saat elo salah langkah, elo bisa kembali ke jalan yang benar, bukan dengan berbalik arah, tapi dengan menerobos batasan.

Jika elo seorang pengecut, elo boleh sedih sekarang.

Kenapa gue bilang elo boleh sedih sekarang?

Karena sekaranglah saatnya elo bersedih, tapi 5 menit kedepan elo harus sudah berubah menjadi seseorang yang haus pengalaman.

Mulailah merubah statusmu, dari pengecut menjadi haus pengalaman.

Jika elo takut menghadapi sesuatu, elo hanya akan berkutat di bawah paying ketakutan itu.

Singkirkan kubah itu dan mulailah terbang..

Kegagalan terbesar bukan saat elo gagal mendapat impian terbesar lo, tapi saat elo berhasil mewujudkan impian kecil dan elo mulai berpuas hati..

Jangan batasi imajinasi lo dan jangan batasi imajinasi seseorang.

Mari kita berkarya dan biarkan mereka berkarya.

[gue nulis ini karena imajinasi gue terbatasi. apa gue diam aja? Jelas enggak, gue luapkan semuanya supaya mereka kaum pembatas tau kalau kita lebih hebat dari perkiraan mereka]

Cerpen-Dialog "Itu Menggangguku, Apa Kamu Sudah Siap?"

“Ara…” sapa Dana, “hm.. ada waktu sebentar ga? Aku mau ngobrol bisa ga?”

“Eh, iya, Dan.. Kenapa ya?”

“Ehmmm… Kalo misal kita ketemuan gitu gimana? Ga enak ngomongnya kalo lewat telpon gini” Dana mengajak Ara ketemuan.

Hening.

Ara bingung, dia menduga duga apa yang sekiranya akan Dana bahas.

Ara mulai menebak, masalah dakwah minggu depan kah, masalah kunjungan panti asuhan atau masalah sanitasi air di mushola yang agak terganggu.

Kembali Ara berpikir, ‘ah pasti tetang kunjungan panti asuhan’.

“Oh, iya, bisa, nanti aja sekalian di forum” jawab Ara atas ajakan Dana.

Memang, nanti ba’da ashar akan ada forum pembahasan tentang kunjungan panti itu.

Kunjungan yang akan diadakan 2 minggu lagi.

“M-misal…” Dana tertahan untuk melanjutkan kata katanya, “misal kita ngobrolnya setelah forum gimana?”

“Setelah forum? Lho, mau ngobrol apa sih? Kalo emang ada kendala di divisi kamu, mending diobrolinnya di forum aja” Ara belum tau apa yang sebenarnya akan Dana utarakan, ia masih berpikir obrolan itu membahas kunjungan sosial.

“Eh, ya udah deh, lihat nanti aja.. sampe ketemu di sekre ya, Ara.. Hm.. Ara janga lupa makan ya sebelum ke sekre, kan nanti kita butuh tenaga buat berpikir..” mulai perhatian yang menjurus nampaknya.

“Iya, makasih ya… lhoo.. ehh… kok udah dimatiin, salamnya mana ya???” terheran si Ara ini.

Setelah diskusi dalam forum usai, Dana menghampiri Ara yang sedang berjalan keluar dari Gedung Student Center.. [lho.. kok tiba tiba udah selesai acaranya?? Banyak banget yang di-skip?? Suka suka gue lah, pan gue yang buat ceritanya..]

“Ara..” panggil Dana.

“Iya” jawab Ara.

Dana menghampiri Ara yang sedang duduk duduk di teras Student Center, hanya 3 meter dari temapt Dana berdiri.

“Eh, gimana, mau ngobrol apa?” Tanya Ara.

“Hm….” Terbata Dana dalam mengutarakannya “G-gini Ara, aku mau ngomomng sesuatu yang… yang gimana ya.. yah, sesuatu yang penting bagi aku, tapi mungkin kurang berkenan di hati Ara”.

“Ya udah deh, Ara.. Aku jalan dulu ya, nanti aku kabarin deh susunan acaranya” kawan ara yang tadi duduk di samping Ara memilih untuk pergi ketika tau gelagat Dana yang ingin ngobrol ‘in private’ dengan Ara. Memang jelas terpancar di muka Dana kalau dia ingin mengutarakan sesuatu 4 mata, seolah matanya berkata ‘minggir lo… gue mau bicara serius ama Ara’.

“Lha, kok gitu… Dibahas di sini aja deh, Shab..” cegah Ara saat Shabrina meninggalkannya.

Ya, nama kawannya itu Shabrina.

Dana mengambil langkah, ia duduk di bangku yang di tinggalkan oleh Shabrina.

Spontan, Ara menggeser bangku itu sekitar 30 centimeter ke kanan.

“Gini, Ara…” mulut tiba tiba kering, jantung berdebar, tangan berkeringat dan guntur mulai menggelegar [yang terakhir itu Cuma bercanda] ketika Dana membuka mulut.

“Aku mau bilang sesuatu, sebenarnya ini sudah lama aku mau sampaikan, tapi aku masih ragu ragu.”

“Tentang apa nih? Tentang lokasi panti yang mau kita kunjungi ya? Iya sih, aku rasa panti itu udah cukup mumpuni, mereka aja punya mobil panti, kalo menurut aku sih mendingan kita pilih panti yang benar benar membutuhkannya.” Begitulah Ara, masih berpikir kalo ini akan membahas kunjungan social.

Tersirat rona kecewa di wajah Dana.

“Bukan, bukan itu, Ra, yang mau aku omongin”

“Lantas?” Tanya Ara mulai penasaran.

“Aku di sini mau ngungkapin sesuatu..” ujar Dana, lirih…

“Sesuatu?”

“Iya, Ra.. Sesuatu dari hati”

“Eh, dari hati? Maksudnya apa, Na?

“Maaf sebelumnya” sembari mengeser posisi duduknya untuk lebih condong kea rah kanan, menghadap lawan bicaranya. Ya, kea rah Ara,dan nampak Ara mulai terganggu dengan kondisi ini, tapi dia lebih memilih diam dan mendengarkan apa yang akan Dana utarakan.

“Aku…”

“Aku menaruh hatiku ke kamu, Ra” akhirnya terucap juga kata kata yang telah Dana pendam sekian lama.

“Sudah lama aku menaruh hati ke kamu”

Tersentak, merasa dilecehkan, itu yang Ara rasakan.

Bukan kegembiraan, bukan bunga bunga yang ia lihat saat ini, tapi nyala api nun jauh di sana yang semakin mendekat.

“Aku tau ini salah, tapi musti bagaimana lagi, aku ga bisa terus terusan menahan rasa ini”

Terdiam kini keduanya.

“Aku ga bermaksud meminta kamu jadi pasanganku, aku hanya mengutarakan…”

Makin hening keduanya.

Dari api yang membara di ujung sana, kini telah berubah menjadi bunga sakura yang bertebaran..

Indah, harum dan menenangkan.

Itu yang Ara rasakan.

Bukan karena apa yang diucapkan Dana, tapi karena ada Abang Jual Batagor yang lewat.

“Dana, aku belum makan, aku mau beli batagor dulu. Sebentar ya..” kata Ara.

“Bang, batagornya seporsi dibungkus ya.. Sambelnya banyakin, ga pake kecap ya bang..”

“Iya, neng..” kata Abang itu menerima pesanan Ara.

Ara kembali ke tempat duduknya, sebelum duduk, ia kembali mengeser bangku itu kea rah kanan, menjauh dari Dana.

Bagaimana dengan Dana? Dia masih membatu, bukan karena durhaka pada ibunya, tapi karena dia tidak menyangka telah mengutarakan perasaannya.

“Dana…” kata Ara datar.

“Ya, aku merasa tersinggung dengan apa yang sudah kamu sampaikan” kata Ara tanpa memandang Dana, ia mengamati si Abang yang sedang meracik batagor. [bukan berarti Ara suka sama Abang Batagor itu lho ya]

“Aku tau itu pernyataan bukan pertanyaan, tapi itu akan menganggu ku Dana, aku harap kamu ga mengingat apa yang kamu ucapkan tadi karena aku juga ga akan mengingat kejadian ini.”

“Oh, iya…” lanjut Ara “Jangan biarkan rasa itu ada, pangkaslah, pangkas sekarang juga. Ingat saja keburukanku supaya kamu bisa menghilangkan rasa itu”

“Lho, kenapa harus ku hilangkan rasa itu?” Tanya Dana…

“Emangnya ada yang salah sama rasa itu? Bukannya itu fitrah ya?”

“Rasa itu memang fitrah, tapi apa kamu sudah berpikir dengan matang dengan mengutarakan rasa itu? Apa kamu udah memikirkan dampaknya bagi kamu dan orang yang bersangkutan?” masih memandang Abang Batagor Ara bicara.

“Jelas, Ara.. Aku sudah memikirkannya sejak lama” jawab Dana.

“Apa kamu sudah yakin pada rasa itu? Apa kamu yakin itu bukan nafsu?” tanya Ara.

“Rasa ini tulus, dari hati” Dana berusaha meyakinkan orang di depannya, Ara.

“Oh, ya sudah.. Terima kasih ya..” kata Ara, singkat dan ambigu.

“Sudah? Terus jawaban Ara?” Dana tercengan oleh respon Ara.

“Jawaban? Jawaban apa?”

“Jawaban dari apa yang sudah aku katakana..”

“Bukannya itu hanya pernyataan?”

“Tapi…” belum selesai kata katanya, Ara sudah menyela.

“Dana, tadi kamu bilang itu hanya pernyataan, jadi memang ga ada jawaban” jawab Ara.

“Nah, terbukti kan, kamu ada ambisi untuk meminta jawaban. Itu sungguh mengganggu” lanjutnya.

“Tapi, paling enggak kamu bilang apa yang kamu rasakan ke aku, mudah kan…” kejar Dana.

“Mudah? Dana, perasaan ini tidak semudah yang kamu lihat di tv. Tidak semudah orang jatuh cinta pada pandangan pertama. Tidak sesimpel itu. Ini rumit” jelas Ara.

“Apa kamu sudah memikirkan betapa seriusnya ucapan itu? Itu sama halnya kamu berkata ‘Ara, aku mau mengkhitbah mu’, begitu. Kalo memang seperti itu adanya, jangan tanyakan padaku, tapi pada orang tuaku. Tapi kalo bukan seperti itu yang kamu pikirkan, maka yang kamu rasakan itu hanya nafsu belaka”

“Daripada terjadi fitnah, sebaiknya kita akhiri diskusi ini di sini. Maaf, aku harus pulang”

“Tunggu dulu, aku masih ingin bicara” cegah dana saat Ara mulai berdiri.

“Maaf, aku harus pulang”

“Kenapa?” tanya Dana.

“Karena batagorku sudah jadi, aku mau makan batagor itu saat hangat di kost. Assalamualaikum”

Ara berjalan menuju gerobak, membayar dan menuju parkiran motor. Beberapa saat kemudian hanya punggungnya yang terlihat. Semakin mengecil dan menghilang di kejauhan.

“Waalaikumsalam” jawab Dana ketika sosok Ara tak lagi terlihat.

Tamat..

Hiks… Hiks… Hiks…

Haru banget ya, chuy ceritanya..

Ga nyangka gue bisa buat cerita begitu..

[takabur mode active]

Ga Selamanya Itu Benar

ga selamanya kita harus terjun dan fokus hanya pada satu bidang saja.

kita bisa merajai banyak bidang sekaligus.

ga selamanya lebih baik nyebur sekalian dari pada main air doang, sama sama basah.

karena ga semua kubangan itu dalam.

kalo kubangannya dangkal dan kita nekat nyebur, yang ada kita macam kerbau di sawah, guling guling di lumpur doang.

selesaikan sebagaimana hal itu musti dikerjakan.


#likalikuhidup #kesurupan #ngelantur

Dari Hati

Pengguna BB ada di mana mana...
BB digunakan di mana mana...
Haruskah gue mengkhianati X6???
Curhatan dari hati...

Gagal Bukan Berarti Ga Sukses

Assalamualaikum...


Suatu ketika, gue pernah mencoba untuk soal hitungan kalkulus.

Gue berusaha keras untuk mempelajari cara cara mengerjakan soal itu.

Cara dari buku ini dari buku itu, menggabungkan buku ini dan itu, semua gue lakukan untuk mengerjakan satu soal itu.

Setelah seharian mencoba menyelesaikan, hasil yang gue dapat adalah...


GUE GAGAL MENYELESAIKAN SOAL KALKULUS ITU.


Yeah, gue gagal walopun sudah mencoba menerapkan beberapa cara.

Saat itu gue berpikir, “Sebego itukah gue?”.


Beberapa hari yang lalu gue main game Need for Speed Carbon.

[jangan tanya kenapa gue mainin game jadul itu, masalahnya gue nyari NFS Undercover ga nemu]

Setelah gue ngalahin Kenji, Angie dan Wolf, gue mulai menjajah wilayahnya si Darius.

Ga ada satu event pun yang gue menangi.

Kenapa?

Karena mobil yang gue pake cuman sekelas Mazda RX7, sedangkan musuhnya Lamborgini, Nissan GTR, Lancer Evo dan mobil tier 3 lainnya.

Jelas gue kalah.

Berbagai cara sudah gue lakukan, dari pake cheat hingga ngikutin walktrough.

Dan hasilnya, tetap 11-12 sama soal kalkulus itu.


NIHIL, tanpa kemenangan.


Lagi lagi gue berpikir, “Ini gamenya yang kurang ajar ato guenya yang emang dudul?”


Peta, GPS, tanya orang bahkan metode kompas bokong [gue jelasin entar di bawah tentang metode ini] pun telah gue lakukan pas traveling ke Malang saat itu.

Hasilnya sudah bisa ditebak, similar lah ama 2 kasus di atas.

Gue ilang di Malang.

Tiada waktu tanpa berpikir “Se-udik itukah gue?”


Well, itu beberapa dari sekian banyak hal yang belum bisa gue selesaikan.

Saat itu gue gagal.

Gagal total tapi ga total total banget.--> tipikal penulis plin plan

Tapi itu dulu, sekarang...

Yah, tetep aja 11-12 lah.. hehehehe...


Ok, mari kita masuk ke materi. [membenarkan posisi kacamata, menyeruput teh hijau tanpa gula, membenarkan posisi duduk dan mulai menulis serius]


[tunggu dulu, balas sms dek shani bentar] → asli


[ok sudah] → asli juga


Dalam hidup ini pasti kita mau mencapai kesuksesan kan ya..

Hayo, yang ndak mau sukses silahkan angkat kaki..

Serius, yang ndak mau sukses silahkan kakinya diangkat tinggi tinggi.

Kalo perlu dicopot kakinya terus diangkat pake tangan. → silahkan bayangkan sendiri posenya

Ga ada yang mau copot kaki kan?

Eh maksud gue, semua pada mau sukses kan...

Nah, pertanyaannya sekarang bukan bagaimana kriteria sukses itu, tapi apa yang lo pikirkan [cuma pikirkan] ketika lo mendapati kegagalan sebagai kekasih lo saat itu???


Pernah ada cerita seperti ini, suatu saat ada anak yang ganteng rupawan budiman dermawan dan lain lain yang baru saja mengalami kegagalan pahit.

Pahit di sini bukan karena dia gagal buat kopi dengan modus lupa kasih gula dan jadi pahit kopinya, tapi benar benar kegagalan yang menyedihkan, tragis dan bengis. → bahasa inpotemen

Suatu ketika, sebut saja namanya Si Tampan yang disingkat ST, bukan nama sebenarnya, gagal dalam salah satu studynya.

Begitu terpukul saat itu si ST.

menyerah saya di jalan ini, mungkin ini bukan yang terbaik. Ini kegagalan pertama saya selama study ini, dan saya tidak akan kembali karena ini menjadi momok bagi saya” kira kira begitu yang dia katakan.

Tidak bisa dipungkiri, kegagalan bisa menjadi momok ato menyebabkan traumatik bagi yang bersangkutan.

Sehari, dua hari, tiga hari bahkan sebulan lebih 365 hari, ST selalu memikirkan kegagalannya itu.

Alhasil, dia terbelenggu oleh kegagalan di masa lampau dan mempuat performanya sekarang ini jadi tidak maksimal.

Bagai orang linglung saat itu, entah apa tujuan hidupnya, dia hanya melakukan apa yang harus dilakukannya saat itu [tetap tidak sempurna tentunya] tanpa memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah itu.

Hingga suatu saat ada yang menyampaikan “Likulli syai-in maziyyah...”.

mungkin kamu memang gagal, tapi bukan berarti kamu tidak berhasil, lepaskan kegagalan itu, maafkanlah dirimu dan mulailah kembali menapaki jalan dengan hati yang mantap dan penuh semangat”.

Setelah itu ST mulai sadar akan suatu hal dan mulai menata hatinya lagi, bersiap melangkah bahkan berlari hingga terbang untuk memperbaiki kesalahannya itu.


Nah, dari kisah di atas, hal apa yang elo bisa mabil???

Kalo gue pribadi, banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran.


Saat kita gagal, cobalah untuk membuka pikiran.

Gagal itu apa sih?

Kondisi dimana kita belum atau tidak mencapai tujuan yang kita harapkan.

Sedangkan sukses itu apa?

Mudahnya, sukses itu kebalikan dari kegagalan, kondisi dimana kita telah mencapai apa yang kita harapkan.


Tapi sobat, gagal bukan berarti kita belum atau tidak sukses.

Justru sebaliknya, kegagalan membuat kita “one step closer” dengan kesuksesan.

Mengapa bisa begitu?

Karena saat kita gagal, sebenarnya kita itu belajar.

Belajar untuk menemukan berbagai cara dan mencoba untuk menerapkannya.


Coba kalo kita ga gagal, paling paling kita cuman mempelajari 1 atau 2 cara doang.

Sedangkan kalo kita gagal, kita akan belajar banyak hal.

Bukan hanya cara untuk mencapai kesuksesan, tapi juga cara untuk bertahan saat menghadapi kenyataan bahwa kesuksesan yang kita harapkan belum dapat ijin dari Alloh.


Ingat kembali kata kata “Likulli syai-in maziyyah”, yang artinya kurang lebih, setiap manusia punya kelebihan.

Saat kita gagal dalam suatu hal, bukan berarti kita bodoh, bego ato dudul, tapi kita tidak lebih dalam hal itu.

Kita memang tidak lebih dalam hal itu, tapi kita mampu untuk melakukannya.


Sekali lagi gue bilang, kita mungkin tidak jago dalam hal tertentu, tapi kita tetap bisa melakukannya dengan belajar, usaha dan doa yang sepenuh hati.


Di atas gue tanya, apa yang elo pikirkan jika mengalami kegagalan.

Kenapa gue tanya yang elo pikirkan, bukan yang elo lakukan?

Karena, saat memikirkan suatu hal yang menyedihkan, kita akan terbelenggu dengan pikiran itu.

Jika kita sudah menemukan langkah [walo masih tertatih] kita akan mulai mengikhlaskan kejadian itu secara perlahan.


Kita akan lebih susah membuat langkah awal daripada meneruskan hal yang telah kita mulai sebelumnya.

Seperti kisah di atas, ST memikirkannya dalam waktu yang begitu lama dan selama itu pun kinerjanya tidak maksimal.

Kenapa?

Karena ST belum mampu keluar dari pikiran akan kegagalan itu.

Pikiran itu besar pengaruhnya, sobat...


Kira kira begitu materi yang bisa gue share saat ini.

Gue harap akan selalu bisa nge-share tulisan buat kita sama sama belajar.

Oh, ya..

Tentang kisah di atas, itu kisah gue.

Gue yang gagal dan gue yang terbelenggu.

Gue heran, kenapa banyak buku yang menceritakan tentang langkah kesuksesan seseorang?

Kenapa bukan tentang kegagalan seseorang.

Kalo kita membaca langkah sukses seseorang, kita akan terpaku pada langkah tersebut, karena sudah ada bukti suksesnya.

Tapi kan ga semuanya compatible dengan kita.

Malah baiknya kalo kata gue, itu cerita tentang kegagalan seseorang.

Dengan cerita kegagalan kita bisa mempelajari orang mengapa bisa gagal dan mulai menyiapkan langkah yang sesuai buat kita.

Yup, kita bisa membuat langkah sendiri...


Well, guys,,,

Sekian dulu lah postingannya.

Gue musti pulang, takut diusir sama pelayan kafenya.

[maaf mas ard, aku ngafe sendiri, lagi pengen nulis serius]


Wassalamualaikum...


note:

tentang kompas bokong, itu metode mencari jalan dengan mengikuti arah orang lain.

Pedoman kita adalah “bokong” orang.

Newer Posts Older Posts