Jadi Laki Laki

"Elu mah enak, bisa traveling kemana mana, ambil job sana sini", kata
seorang temen perempuan..
Bener banget sih..
Tapi..
Semua itu ada konsekuensinya..

Jadi cowok..
Lu kira jadi cowok itu gampang apa?
Emang iya, ada kalanya gampang, enak dan seru, tapi ada juga sisi
suram, seram dan penuh tekanan..

Sebagai cowok, elo bisa kerja di manapun elo mau, elo bisa ditempatin
di tengah hutan, di puncak gunung atau di pulau terpencil, bahkan di
kawasan sengketa perang sekalipun..
Elo punya naluri serta "ability" untuk survive yang tinggi.
Elo ditunjang fisik yang lebih tahan banting ketimbang wanita.
Sedangkan wanita?
Agak bermasalah kalau mereka ditempatkan di daerah yang udah gue sebutin itu.
Agak bermasalah?
Jadi gini, misalkan si wanita itu datang bulan, terus dia lagi
ditempatin di hutan, mau beli pembalut di mana? Yang ada mah elo musti
pake serabut kelapa atau sejenisnya..
Itu salah satu keuntungan jadi laki laki..

Di balik kemampuan Spiderman ngeluarin jaring, dia punya tanggung
jawab gede, menjaga keamanan kota.
Di balik kemampuan Avatar mengendalikan 4 elemen, dia punya tanggung
jawab menyatukan kerajaan di bumi yang berperang setelah kerajaan api
menyerang.
Dan di balik kemampuan pria survive beserta segala abilitynya, kami,
para pria, memiliki tugas berat yang beratnya berat banget..
*tertunduk lesu*

Langsung aja..
Gue dikejar target..
Beneran cuy..
Target apa??
Yah pokoknya mah target sebagai laki laki..

Gue musti mapan sebelum melangkah..
Kalo ga cepet mapan, ya ga cepet melangkah..
Kalo ga cepet melangkah, bisa dilangkahi orang lain..

Laki laki oh laki laki..
Tanggung jawab kita itu besar cuy..
Kelak kita ga cuman berjuang menuhin perut sendiri, tapi juga perutnya
istri, dan anak anak kita..

Di sini lah seleksi alam dimulai..
Kalo elo kelamaan mapan, ya pilihan lo bakal lebih milih yang sudah mapan lah..

Sayang kita gede, cinta kita dalam, tapi finansial kita cekak..
Yah, tersingkir dari arena dong..

Sebagai orang tua, pasti ingin anak perempuannya bahagia..
Sebagai orang tua, pasti ingin putrinya menikah dengan laki laki yang
sudah mapan dari segala aspek, baik itu mental, fisik, serta
finansial.
Sudah jadi rahasia umum itu mah, dan juga, mana ada orang tua yang
ingin anaknya menderita..

Gue, gue belum mapan..
Tapi gue ga mau tersingkir begitu aja dari peta persaingan ini..

Gue sayang, cinta dan selalu bersemangat untuk bisa bersamanya.
Gue selalu berusaha mewujudkan cita cita kami.
Niat kami baik, cara kami juga baik, jadi kami berharap hasilnya juga baik.
Tapi, gue berjuang ini bukan dengan modal nekat doang.
Dengan perhitungan juga pastinya.
Emang gue berjuang hidup hidupan (bukan mati matian), tapi kalau gue
sampai di titik di mana gue harus berhenti, ya apa boleh dikata gue
harus berhenti.
Gue ga mau, dengan memaksakan kehendak, si istri malah sengsara hidup
dengan gue yang belum mapan.
Gue udah ngebawa anak orang, masak mau nyianyiain kepercayaan?
Laki macam ape lo??
Ya jadi gitu, daripada sengsara sama gue, lebih baik gue mundur dari
seleksi alam ini, demi kebaikan bersama.
Gue ga mau ngecewain si istri serta keluarga dia, gue juga ga mau
terlalu bergantung pada orang tua dan juga gue ga mau terlalu memaksa
diri dan hasilnya, gue malah terlalu terforsir pada keduniawian dan
melupakan tujuan gue menikah, demi mengisi perut kami dan menjaga atap
rumah tetap berdiri kokoh.

*ngetik postingan sambil berkaca kaca mata ini mandangin foto*

Budhe Cita ( http://www.brencia.com ) pernah bilang ke gue, pasti ada
aja rejeki setelah nikah, jangan takut kekurangan, apa lagi setelah
punya anak, ada aja rejekinya.

Well, semangat gue makin tinggi, planning gue punya anak banyak bakal
sukses ini, banyak anak banyak rejeki euy..
Hahahaha..

Tapi cuy, perkaranya adalah..
Gimana gue bisa ngeyakinin keluarga gue serta keluarga dia pastinya,
supaya mau mempersatukan cinta kami..
Keluarga gue pastilah menginginkan gue sukses dulu baru deh nikah, dan
keluarga dia jelas pengen putrinya nikah dengan seorang yang mapan.
Di situ cuy perkaranya, di situ..

Ga mungkin kan gue "bikin" dulu, terus setelah jadi dan dapat rejeki
dari anak gue, baru mengajukan proposal pembaliknamaan putrinya
menjadi istri gue..
Bisa dibuang dari rumah kalo gitu ceritanya.
Dan parahnya, pintu neraka terbuka lebar buat gue, bahkan ampe
didorong dorong masuk situ..
Naudzubillah..

Jadi, sekarang ini, gue punya misi penting..
1. Berusaha menjadi seseorang berkepribadian serta berwibawa.*

2. Berusaha meyakinkan si perempuan, orang tuanya serta orang tua gue tentunya.

Bukan tugas mudah, tapi, gue yakin, Tuhan percaya kalau gue bisa,
makanya cobaan ini ditaruhNya di hadapan gue.

Selama ada kemauan dan terus berusaha, pasti ada jalan.
Memang jalan itu ga selalu lurus dan halus, tak jarang jalan tersebut
mendaki curam, menukik tajam, berkelok, terjal, bergelombang bahkan
kita harus memanjat atau menghancurkan batu yang menghalangi.

Ya begitulah yang gue rasakan..
Faktor "U" ini..

Kalo elo punya pendapat lain?
Sok mangga ditulis di kolom komen dah..

PS: * --> berkepribadian, memiliki rumah pribadi, kendaraan pribadi
dan penghasilan pribadi yang memadahi.
Berwibawa, wibawa mobil atas nama sendiri, wibawa sertifikat rumah
atas nama sendiri.

Newer Post Older Post