Jangan Jadi Lilin, Itu Jebakan


Jadilah lilin, yang selalu menerangi, walo harus mengorbankan raganya”


Seriously, gue denger kata kata gitu dari seorang guru, beliau bilang (kurang lebih) “jika kita memiliki sesuatu, bagilah, walopun itu membuat kita terbebani”.
Ketika itu gue mikir, dasyat banget ya “quote” nya, tapi, beberapa menit yang lalu pikiran itu berubah.
Semula gue anggap itu keren, kini gue anggap itu bego.

Yup, beberapa menit lalu gue boker di kamar mandi (iya, kamar mandi, bukan di kali), dan na'asnya, lampu kamar mandi gue metong, alhasil gue musti nyalain lilin.
Yah, gue ga mau ambil resiko boker dalam kondisi gelap, salah salah bisa belepotan kan.

Lilin di kamar mandi
Saat boker, karena kondisi ruangan yang temaram, otomatis mata gue langsung mengunci fokus ke area yang paling terang, dan area itu adalah lilin kecil.
Terdiam beberapa menit mengamati cahaya lilin yang tak seberapa terang, lirikan mata tertuju pada jilatan api yang menari nari, dan akhirnya gue tersadar..
“Anjrit, lilinnya tinggal dikit.. Boker dikejar waktu nih..”
Itu yang tiba tiba tersirat di otak.
Ga cihuy banget rasanya musti boker sambil balapan sama lilin, asli, ga nikmat cuy..

Dalam kepanikan, gue mencoba untuk tenang, terus fokus pada “panggilan alam” ini.

Mata melirik si lilin, terus balik lagi mandang bawah, lirik lilin lagi, mandang bawah lagi, lirik lilin lagi, mandang bawah, gitu terus..
Sampai akhirnya, dalam kegelapan, dalam temaram, dalam ruang sempit, otak ini berfilosofi. (gue juga heran, kenapa ini otak malah berfilosofi ya)

“Lilin sebagai sumber cahaya yang ga abadi, lilin udah ga cocok dijadikan pepatah lagi”

Jadi gini guys, iya, bener kalo kita baiknya untuk berbagi pada sesama, tapi, jangan sampe menyulitkan diri sendiri.
Di sini gue bilang menyulitkan lho ya, bukan merugikan, karena dalam berbagi, kalo bisa jangan mikir untung rugi, sudah pasti kalo berbagi itu kita bakal untung (berbagi dalam kebaikan lho ya).

Ingat pepatah “lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah” ga?
Gini logikanya..
Ada 2 variabel:
  1. “Jadilah lilin, yang selalu menerangi, walo harus mengorbankan raganya”
  2. “lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah”

Ketika kita menjadi lilin, kita akan menerangi sekitar, tapi kita akan meredup dan terus meredup hingga kesusahan untuk berpijar.
Nah ketika sudah sakaratul maut gitu cahayanya, si lilin digantikan oleh lilin lain atau senter, atau lampu atau apalah itu sebagai penolong lilin yang udah mati.
Nah, dari situ, jadinya si empunya yang lagi boker kan kesulitan tho, musti cari penggantinya si lilin.
Kalo kita masukkan ke variabel ke dua, bakal didapat persamaan baru..

Jangan lilin, yang menerangi, karena harus mengorbankan raganya, dan setelah itu harus meminta bantuan hal lain untuk terus menerangi”.

Ok, does it make sense??

Jadi, kalo kata gue, jangan jadi superman, atau spiderman, atau batman atau lain lainnya yang pake celana dalam di luar..
Oh, bukan, maksud gue, jangan jadi sok superhero, kita manusia biasa, jika kita harus melakukan sesuatu terhadap orang lain (membantu) berusahalah sebatas kemampuan kita, jangan melampaui batas kemampuan sendiri, atau akan jadi dua orang yang butuh pertolongan..

Jadi, ga semua yang elo denger itu bener..
Cermati, telaah, dan pilah pilah, baru deh diaplikasikan..

Ok. guys..

Hastalavista..

Newer Post Older Post