Berita Duka dan Kisah Bapak Kontrakan

Assalamualaikum,,,

Bismillahirohmanirohim..

Innalillahi wa Innalillahi Rojiun....

Telah meninggal dunia Bapak Parmin, bapak kontrakan saya tahun lalu pada tanggal 15 Mei 2009, subuh.
Almarhum meninggal di kediamannya Jalan Suka Birus 170, Dayeuh Kolot, Bandung, Jawa Barat.
Almarhum meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.

Semasa hidup, almarhum tinggal bersama kami dalam 1 rumah.
1 rumah yang berisi 5 orang mahasiswa yang penuh dengan ego dan seorang bapak yang sarat akan pengalaman hidup.
Seangkan anak dan istrinya tinggal terpisah di gang belakang kontrakan kami.
Teknisi elektronik, sungguh pekerjaan yang telah bertahun tahun ditekuninya demi mengusahakan agar dapur keluarganya tetap mengepul.
Almarhum tak sendiri dalam menopang tegaknya keluarga, sang istri pun juga bekerja sebagai juru masak sebuah kedai makan di area kampus IT Telkom.
Dengan penghasilan dari matapencaharian yang seperti itu, rasanya berat untuk menghidupi keluarga serta menyekolahkan ke dua anaknya.
Tak ayal almarhum rela menjadi tukang reparasi panggilan serta kerja hingga larut malam, semua demi tanggung jawabnya terhadap keluarga.
Di sela sela kesibukannya, almarhum masih sempat mendidik kami, para mahasiswa yang baru belajar menapaki dunia dengan memberikan nasehat tentang indahnya persahabatan, kekeluargaan serta tata krama.
Almarhum memang tegas dalam bertatakrama, kendati telah hidup lama di Bandung, hakikat dan sifat dasarnya sebagai orang Jawa *Sragen* tetap kental, sopan santunnya tak lekang oleh modernisasi jaman dan lingkungan.

Sosok bapak yang mengayomi mungkin sebutan yang tepat bagi almarhum.
Kami para perantau tidak mungkin bisa bertahan tanpa sosok yang membimbing kami saat jauh dari orang tua.
Bagai orang tua kandung, begitu sosok almarhum di mata kami.
Membimbing, menjaga, mendidik dan membantu kami untuk bisa survive di Bandung.
Sungguh pribadi yang patut dijadikan teladan.

Beberapa hari yang lalu, almarhum sempat menelpon saya.
Beliau mengatakan bahwa barang kiriman abang saya dari Batam telah sampai dan bisa segera diambil.
Namun, saya sedang berada di Bogor, bukan di Bandung, jadi saat itu saya tidak bisa langsung mengambil barang tersebut.
Tanggal 14 Mei 2009 pukul 09.47,almarhum menghubungi saya, tetapi saya tidak menjawab telepon tersebut karena sedang ada keperluan.
Tak disangka jika itulah saat di mana Almarhum Pak Parmin menghubungi saya untuk yang terakhirkalinya.
Menyesal, itu yang saya rasakan saat ingat hal itu.

Kini, Pak Parmin telah kembali ke sisi Sang Pencipta.
Tak ada yang perlu disesalkan lagi.
Saya selaku anak didik almarhum hanya bisa mendoakan semoga ruh nya dapat bersandar di sisi Sang Khaliq, diterima semua amal ibadahnya selama hidup, diampuni dosa dosanya oleh Sang Maha Pengampun.
Dan bagi kami, keluarga yang ditinggalkan, diberi ketabahan, kekuatan untuk merelakan almarhum berpulang ke Rahmatullah.

Terima kasih Pak Parmin...
Terima kasih karena telah berbagi ilmu yang Alloh titipkan bagi hambaNya.
Kami mohon maaf jika kami selalu berulah, selalu gaduh saat siang dan malam.
Maaf telah merepotkan Bapak beserta keluarga.

Maaf, karena hanya tulisan ini yang dapat saya buat untuk mengganti semua jasa bapak kepada kami.

Terima kasih Pak Parmin.

Selamat Jalan.

Wassalamualaikum.

Newer Post Older Post