Gimana sih Nulis Itu??

Assalamualaikum...

Err....
Malas kali hari ini.
Ga jelas.
Perasaan bersalah dicampur sedih dipadu rasa kecewa dibumbui amarah dan dihidangkan dengan rasa sayang.
Nggak jelas banget.

And the main idea is...
Yang penting masih bisa bertahan.
Terus berjuang sampai misi sukses dan ga menyerah ama keadaan.

Cukup udah curcol ga jelasnya, mari menulis sesuatu yang “baik”.
Menulis yang baik??
Menulis yang gimana sih?
Hm...
Menurut gue, menulis yang baik itu adalah...
Errr....
Gue ga begitu tau juga sih.

Dulu gu pernah baca tentang menulis dengan hati.
Menulis sebagai terapi emosi, media pembelajaran dan sebagai jalan mencapai mimpi.
Terapi emosi maksudnya itu dengan menulis, kita bisa mengungkapkan masalah kita, uneg uneg kita, problem kita hingga skandal yang udah kita lakukan.
Di sini, seseorang menulis untuk sedikit mengurangi beban yang ada di pikirannya.
Sadar ato enggak kita itu selain takut ama masalah yang sedang kita hadapi, kita juga takut kalo orang lain mengetahui masalah kita itu.
Ada rasa ingin meminta bantuan tetapi enggan menceritakan masalah ke orang lain.
Itu malah ngebuat pikiran kita jadi penuh.
Penuh akan masalah yang belum terselesaikan juga penuh untuk memikirkan cara supaya masalah kita ini ga bocor ke orang lain.
Dulu itu diary disimpan rapat rapat dan sangat rahasia.
Kerahasiaannya mungkin setara ama database di Pentagon.
Pokoknya cuma elo, Tuhan dan malaikat di kanan kiri lo aja yang tau.
Yang lainnya?
Maaf, itu bukan konsumsi publik.
Pemikiran cupet dan kolot beberapa tahun lalu.
Ngerasa gitu juga ga?
Coba rubah paradigma itu.
Sekarang udah ada yang namanya blog.
Itu adalah jurnal pribadi kita, rumah kita, lahan kita dan daerah kekuasaan kita untuk orang lain.
Untuk orang lain?
Iya lah, gunanya kita punya blog apa sih kalo ga buat dibaca bersama?
Di blog kita bisa menuangkan apa aja yang kita mau.
Apapun itu.
Apapun tapi ada aturannya.
Aturannya kalian yang buat.
Blog itu bisa berisi masalah pribadi kalian.
Dengan kalian tulis masalah itu di blog, siapa tau ada sahabat yang baca dan punya solusi buat masalah elo itu.
Berguna kan, daripada elo simpan sendiri masalahnya.
Tapi, seperti yang udah gue bilang tadi, kita musti bisa memilah mana yang layak ditulis dan dipublish dan mana yang cukup kita simpan di harddisk komputer aja.
Kita musti punya filter untuk itu.
Filter yang ada di diri kalian sendiri.
Jadi, filter tiap orang itu berbeda beda.
Kita ga bisa memaksakan filter dan pemilihan dan pemilahan kita untuk ditiru orang lain.
Ingat, blog itu lahan kita untuk orang lain.
Lahan kita berarti kita bebas mau nanam apa aja di sana, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Untuk orang lain berarti kita ga bisa seenaknya menanam sesuatu yang merugikan orang lain secara langsung.
Kita ga bisa seenaknya nulis sesuatu yang menyudutkan orang lain, tapi bagi para pembaca kalo misal ga setuju ama suatu tulisan di blog, kita bisa berkomentar dengan sopan dan halus tentang pendapat kita yang berbeda, tapi kita ga bisa melarang orang untuk mengarahkan dan membatasi kreasinya.
Suka silahkan baca kalo ga suka monggo lewat aja.
Yang penting kita ga menghina ato merugikan seseorang lah.
Gitu...

Media pembelajaran.
Darimana kalian bisa insert template cantik dan menarik di blog kalian?
Darimana dapat widget buat ngehias rumah kalian itu?
Darimana bisa tau cara buat “readmore” di postingan kalian?
Cari tau sendiri?
Ato dari berbagai sumber yang salah satunya ada di blog saat kalian nge-gowes ke lahan tetangga? -->blogwalking
Pernah kalian nyari bahan kuliah dengan googling?
Nah, di situ paman google pasti ngasih kalian alamat blog sobat lain yang menulis tentang apa yang kalian tanyakan ke paman google.
Jadi yang sakti itu para blogger, bukan paman google.
Si paman mah cuman nunjukin jalannya aja, kalo pemateri tetep aja si pemilik blog.
Pernah nulis resep masakan di blog?
Ato nulis tips meredakan pacar yang marah ama kita?
Sadar ato enggak itu merupakan salah satu cara belajar lho.
Apalagi kalo elo nulis hal hal yang berbau religi gitu, wah berpahala tuh. *asal ga ajaran sesat aja ya*

Lanjutnya, menulis sebagai jalan menggapai mimpi.
Kawan gue jago banget ngelukis.
Baik itu ngelukis di kanvas, kertas, tembok, jalan aspal bahkan ngelukis di muka kawannya sendiri pun bisa.
Sedikit curcol, muka gue pernah dengan sukses dia lukis *tanpa sepengetahuan gue tentunya* macam orang suku pedalaman Afrika, lengkap dengan loreng pipi dan janggut yang ga kalah loreng dari macan.
Dan itu dia lakukan pas gue tidur pulas.
Teman makan teman itu, ga baik dan ga patut ditiru.
Ok, back to topic.
Dengan karyanya yang kata gue *dengan sedikit paksaan darinya* bagus dan kreatif, dia berambisi untuk ngejual karyanya itu.
Wajar, mahasiswa itu selalu berpikir untuk mendapat pacar yang cantik, duit bulanan yang melimpah, koneksi internet yang cihuy dan nilai yang memuaskan.
Nilai yang memuaskan berada di prioritas ke 4, bayangpun...
Untuk mengembangkan sayapnya, kawan gue itu bikin blog yang isinya hasil karya dia.
Mulanya cuman dipajang aja gitu.
Tapi lama kelamaan ada juga yang tertarik dan akhirnya ngebeli karyanya itu.
Sukses dengan menulis kan itu.

Nah, kembali ke pertanyaan di awal, nulis yang baik itu nulis macam apa sih?
Gue pernah baca blog seseorang, yang menyebutkan kalo menulis yang baik itu menulis yang menggunakan hati.
Emang sih, semua tulisan itu cerminan hati penulisnya.
Tapi yang baik yang macam apa?
Menulis yang bisa berguna buat orang banyak *dalam hal poritif tentunya* dan bisa menjadi ladang pahala.
Selain itu, menulis *dalam hal ini yang di-publish* yang baik adalah menulis yang ga menyudutkan seseorang maupun pihak tertentu.
Misal kita menulis tentang keburukan “Sistem A” maka yang kita bicarakan adalah keburukan sistem tersebut, bukan orang yang menyebabkan sistem tersebut berjalan dalam rute yang sesat.
Gue ga lagi bicarain tentang kasus yang lagi booming di negara kita yang berkaitan dengan sektor perekonomian lho ya...
Gue lagi bicarain “Sistem A”.

Well...
Eniwey, apa tulisan gue itu udah menjadi tulisan yang baik?
Gue rasa belum, tapi gue masih dan insyaAlloh akan selalu berusaha untuk menjadikan tulisan gue itu baik dan bisa menjadi ladang pahala bagi kita semua.
Dalam melakukan niat itu, gue ga bekerja sendiri.
Di sini gue ada beberapa orang yang punya andil besar dalam kepenulisan di blog ini.
Mereka adalah mama papa dan adek laki laki gue, serta seseorang yang akan mendampingi gue dan bersedia menjadikan gue sebagai imamnya, Yasinta.
Mama itu mengoreksi dan memberi tambahan materi bagian agama, dan kehidupan sosial, papa dan adek gue ngasih tambahan bidang akademis serta Yasinta berada di balik layar untuk terus nyemangatin gue ini.
Gue ga malu kalo misal tulisan gue ini dianggap bukan murni karya gue.
Karena emang bukan sepenuhnya karya gue.
Dan gue ngerasa bangga kalo keluarga dan calon keluarga gue juga turut ambil peran di tulisan gue ini.
Itu tandanya mereka peduli dan memperhatikan terhadap apa yang gue buat dan yang gue tulis.
Itu menjadi cambuk bagi gue untuk menulis sesuatu yang bermakna tapi tetap “renyah” untuk dibaca semua orang..
Kedewasaan mama papa dipadu dengan pemikiran kritis gue dan Yasinta serta dibumbui kekonyolan adek gue yang jenius dan rada aneh.

Nah, kira kira gitu itu kalo menurut gue tentang menulis yang baik.
Kalo misal sobat sekalian punya pendapat lain tentang menulis yang baik, silahkan aja kasih komentar..
Terbuka bagi umum kok...
Asal, penyampaiannya harus sopan ya...

Ok, segitu dulu tulisan kali ini...

Bye, Chuiikkk.........
Wassalamualaikum...

Newer Post Older Post

One Response to “Gimana sih Nulis Itu??”

Maslie said...

maaf fastreading

*salam kenal