White Lie


Assalamualaikum..


Kejujuran..

Walo sakit, tapi hal itu harus kita lakukan..

But, sometimes we have to do "white lie" to survive..


White lie???

Yup, suatu istilah yang digunakan untuk suatu kebohongan yang berguna sebagai pelindung, penjaga, penghindar bagi orang maupu kelompok dalam suatu masalah dan ga bersifat merugikan orang lain.

Hanya untuk melindungi dalam kebaikan, menjaga kestabilan dan menjaga agar tidak terjadi hal buruk.


Gue ada kisah untuk menjelaskan hal itu.


ANGGER DAN IBUNYA


Saat itu dan di tempat itu.

"Ya udah, kalo memang emang bunda tidak berkenan untuk Angger merantau".

"Angger tau kan kenapa bunda begitu. Angger pasti paham alasan bunda belum bisa melepas Angger untuk merantau, kondisi, Ngger... Itu yang bunda takut. Bukan bunda belum percaya, tapi memang bunda belum rela melepas anak bunda ini. Mungkin bunda akan rela melepasmu merantau setelah kamu benar benar siap nak", jelas Bunda Fatimah dengan bijaksana.

Angger, pemuda kampung yang kerap bermasalah dengan daya tahan tubuh.

Pemuda ini keukeuh untuk merantau, sesuai dengan tradisi daerahnya, pemuda seusianya merantau untuk belajar dan mencari pengalaman hidup.

Merantau itu suatu jalan hidup yang dia impikan, bukan semata untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk ibunya, untuk adiknya, untuk keluarganya.

Dia ingin mengangkat strata sosial keluarganya di mata masyarakat.


1 hari lalu.

"Tapi nak, bunda rasa kamu belum kuat untuk menghadapi kerasnya kehidupan di luar sana. Ingatlah nak, kamu harapan bunda, tapi bukan begini caranya", bunda berusaha menjelaskan pemikirannya. Tak dapat ditahan lagi, air mata itu menetes sejak dialog itu dengan anaknya itu dimulai.

"Angger bukan anak kecil lagi bunda, angger bisa dan Angger mampu. Angger sudah siap menghadapi jalan itu. Dan ini pembuktian juga bagi Angger kalo bunda sudah membuat Angger sekuat ini", idiologi, egoisme, semangat juang dan kekerasan kepala yang tersirat dari ucapan Angger itu merupakan dampak dari impian dan rencana hidupnya belum mendapan ijin dari Sang Bunda.

"Pokoknya Angger tetep mau merantau, kalo cuman gini aja Angger masih bisa nahan kok. Ini bukan apa apa kalo dibandingkan dengan impian Angger", berani ato terlalu bodoh jawaban Angger ini.

"Nak, kalo tetap ingin pergi, bunda akan mengikhlaskan kepergianmu merantau. Tapi bunda tidak yakin akan kuat bertahan saat mendengar kabar Angger sakit di sana. Bunda akan selalu memikirkan Angger setiap saat. Bunda akan mengkesampingkan semuanya, hanya berdoa pada Alloh untuk keselamatan Angger" isak sendu masih terus membahana di ruangan itu.

"Ah, bunda. Apa kata teman teman Angger nanti, angger bakal diblang penakut, pengecut, anak rumahan, ga mau maju dan berkembang. Angger bakal jadi pesakitan saja kalo misal tetap tidak merantau. Angger malu, bunda....." gengsi antar sesama yang membuatnya keukeuh pergi merantau.


Di rumah Paman

Angger bertemu pamannya untuk meminta tolong agar pamannya bicara pada ibunda Angger yang tidak lain adalah kakak dari pamannya itu supaya Angger diijinkan untuk merantau.

"Tolonglah paman, hanya paman yang bisa membantu" mohonnya pada sang paman.

"Lho, itukan mau kamu, ya harus kamu lah yang memperjuangkannya. Sesuatu yang kita perjuangkan itu hasilnya lebih manis" tolak halus dari sang paman.

"Sudah paman, tapi bunda tetap belum mengijinkanku pergi. Bunda masih bersikukuh tentang alasan itu" tak kenal menyerah Angger ini.

"Alasan? Maksud kamu?" ada sesuatu yang membuat sang paman penasaran.

“Kata ibu, aku belum siap untuk pergi merantau, aku masih belum sehat betul untuk pergi. Padahal itu impianku dan aku siap untuk itu” jelas Angger.

“Ngger, paman rasa bunda ga melarang kamu, bunda hanya berharap kamu berangkat saat kamu benar benar sudah siap. Jadi untuk saat ini turutilah kata ibundamu. Pendam dulu keinginanmu. Lakukan demi ibumu.”jelas sang paman.

Mendengar alasan itu Annger sedikit meluluh, diapun bertanya “Berarti aku harus bohong pada diriku ya paman?”.

“Hahahaha.... Itu namanya bukan bohong, tapi ga mengungkapkan yang sebenarnya di hati kamu. Tapi, kan kamu benar benar sayang bunda mu itu, jadi kamu ga berbohong.” penjelasan dari sang paman nampaknya cukup mengena di hati Angger.

Angger pun pulang edngan penuh kesadaran tentang maksud ibundanya itu...


Saat ini, di ruangan yang sama.

"Iya, Angger sadar. Tanpa merantau pun sebenarnya Angger juga bisa menjadi "orang" bagi keluarga ini kok, bunda. Angger juga tau, kalo merantau dengan kondisi seperti ini hanya akan menyulitkan Angger untuk fokus pada tujuan merantau itu. Angger bakal disibukkan oleh kegiatan menjaga dan menyembuhkan badan ini ketimbang bekerja memenuhi target itu", jawabnya dengan lemah lembut dan berusaha berfilosofi.

"Itulah nak yang bunda pikirkan. Bunda senang dan bangga karena kamu punya impian mulia yang tinggi itu. Tapi bunda lebih bahagia lagi jika tau kamu itu sehat, tidak merasa sakit dan ceria seperti sediakala, nak" jawab bunda dengan tangis haru bahagia.

"Angger percaya dengan saran bunda dan Angger akan melakukan sesuai petuah bunda. Karena Angger yakin, dengan pengalaman hidup bunda yang sebegitu banyak, bunda lebih paham tentang seluk beluk kehidupan. Berbeda dari Angger yang belum menempuh jarak sejauh itu dalam hidup ini. Pastilah keputusan Angger belum matang dan belum mempunyai banyak dasar, berbeda dengan nasihat bunda yang penuh dengan dasar", jawabnya dengan bijaksana. Kebijaksanaan yang dia tau, akan membendung impiannya. Tapi apapun dia lakukan untuk ibundanya. Karena dia sayang pada sang bunda.

"Bunda bangga sekali, Angger sudah dewasa sekarang ini", kembali meluncur dan menitik, air mata haru itu dari mata sang bunda.

Beliau bangga karena sang anak telah mengerti bagaimana cara orang dewasa berpikir dan mengambil tindakan. Penuh perhitungan dan pemikiran, bukan dengan emosi dan berkesan gegabah. Sungguh ternyata sang anak telah bertransformasi menjadi laki laki dewasa.

Yang ada di pikiran Angger ini adalah berusaha membuat ibundanya tenang. Membuat ibundanya bahagia dan membuat ibunya bangga. Apa dia sudah mengubur impiannya untuk merantau? Tidak, impian itu masih terus bersemayam di jiwanya, dan ia yakin suatu hari dia bisa merantau dengan ijin dari ibunya. Ijin Alloh adalah ijin orang tua.

Ibundanya berkata "saat ini Angger belum kuat untuk merantau".

Kata kata itu menjadi dasar Angger untuk tetap merantau kelak, setelah dia siap.

Untuk saat ini Angger akan berbohong pada dirinya sendiri dan tetap membendung hasrat merantaunya untuk sang bunda.


TAMAT



Nah, adakah yang bisa kita petik dari cerita di atas?

Buanyak sekali..

Apa aja coba??

Silahkan dicermati sendiri sendiri ya...

Mari sama sama belajar dari cerita itu..

Btw, itu cerita masih fresh..

Buatan gue, mama ama Sun...

Belum pernah dipublish dimanapun dan oleh siapapun..


Ok, thanks for reading my blog...

Have a nice day..

and...


Bye, Chuiiikkkkkk............


Wassalamualaikum...

Pertanyaan Hidup

Assalamualaikum...

Buat apa sih kita hidup di dunia ini??
Buat apa sih kita harus susah payah bertahan hidup di dunia ini??
Buat apa kita harus beribadah dan selalu menyembah Alloh di setiap hembusan nafas kita??
Buat apa kita melakukan paket kombo gabungan dari pertanyaan di atas??

Pertanyaan yang sering muncul saat kita mulai mengalami transformasi dari remaja menuju dewasa.
Saat dimana kita berusaha mencari jati diri dan makna dari kita ada di dunia ini.

Ada orang yang peka dan mulai bisa menata hidup saat pertanyaan itu dapat dia jawab dengan baik.
Ada orang yang butuh waktu untuk mengungkap rahasia hidupnya itu dan kelak dia bakal mulai menata hidupnya dari serpihan serpihan jawaban klise dari pertanyaan itu.
Selain itu ada juga orang yang akhirnya hidup dalam keragu-raguan karena enggan untuk mencari dan mengungkap jatidirinya. Bukan karena dia tidak bisa, tapi karena dia tidak berani untuk mengetahui siapa dan bagaimana dirinya itu.

Kalian termasuk yang mana??

Kalo gue pribadi sekarang masih berada di kategori yang ke 3, orang yang belum berani mencari tau siapa sebenarnya dirinya itu.

Yeah, gue emang sedang bimbang ama keadaan gue sekarang ini.
Gue bimbang ama keadaan ini.
Kebimbanan ini gue rasa setelah gue memilih untuk sedikit mengabaikan study dan memulai bekerja.
Kesalahan fatal bagi gue.
Mustinya di usia gue yang sekarang ini, study lebih penting, bukan mencari pengalaman dan pengasilan dari bekerja.
Gue tau kalo itu salah setelah gue dapat hasil dari keduanya.
Gimana hasilnya??
Hasilnya Alhamdulillah gagal pada keduanya.

Ketakutan dalam mencari jati diri makin besar saat gue berpikir tentang siapa sebenarnya gue ini.
Gue yang tenggelam dalam bayang bayang keluarga, ngerasa minder dengan hasil yang telah dicapai orang tua gue.
Apa ya bisa gue macam papa dan mama yang seperti itu??
Apa gue sanggup memenuhi keinginan mereka yang ingin gue lebih sukses ketimbang mereka??
Kesuksesan macam apa yang bisa gue dapat dengan kondisi macam ini??

Down.
Itu yang gue rasain ketika mendapati hasil itu.
Bloody hell...

Gue terpuruk dan mulai menggila.

Tapi, kita hidup di dunia ini ga sendirian.
Banyak orang yang sayang, peduli dan bertopang pada kehidupan kita.
Orang yang memapah kita saat terjatuh, tersungkur dan terpuruk serta orang yang menggandeng kita saat keberhasilan sudah di tangan.
Orang yang mau jadi tempat keluh kesah dan meminta advice..
Kita punya keluarga, sahabat dan kerabat yang bisa membantu kita tetap survive dalam hidup ini.

Saat gue terpuruk macam itu, ada Mama, seseorang yang berjasa dalam hidup gue.
Tutor, motivator, guru, sahabat dan partner gue dalam hidup ini.
Banyak kata katanya yang mengispirasi gue untuk tetap survive dalam mencari makna hidup.

Mama pernah bilang ke gue, The winner didn't take the right way, but they believe in the way that they took before.
Bukan masalah jalan itu benar ato salah, tapi tentang bagaimana kita menyikapi jalan yang udah kita ambil dan berusaha serta percaya kita akan sukses jika menekuni jalan tersebut lah yang membuat orang itu berarti.
Berbalik arah dan memilih sesuatu yang benar bukanlah jawaban untuk menebus kesalahan yang udah kita perbuat.
Hal itu hanya akan membuat kita membuang waktu karena harus memulai dari awal.
Selain itu, kita akan terdoktrin untuk pemilihan ulang saat kita menyesal terhadap pilihan yang kita ambil sebelumnya.
Sungguh kerugian yang kita dapat dan belum tentu setelah kita mengambil ulang pilihan itu kita bisa sukses.

Mama nyampain sesuatu, gue ga boleh merasa gagal terhadap langkah yang udah gue ambil ini, karena ga ada pekerjaan yang sia sia di muka bumi ini, yang ada hanya kita belum tau makna dari kesalahan kita itu.

Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan.
Menurut beliau, saat ini yang harus gue lakukan adalan berpikir positif atas apa yang terjadi.
Jangan biarkan kegalauan dan ketakutan dalam hati kita ini meraja.
Jangan takut untuk terus melangkah walo kita pernah terjungkal dengan keras dan telak.
Karena rasa takut itu lah yang akan membelenggu kita dalam ketidak mampuan mencari jati diri.
Tidak mampu karena takut menghadapi kenyataan.
Tidak mampu karena kemampuan terpendam kita lenyap karena pemikiran bahwa "saya hanya akan gagal lagi saat melangkah lebih jauh".

So, what should I do now??
"Ngger, ingat filosofi naik motor. Terapkan di hidup kamu. Hidup itu pilihan, pilihan untuk sukses dan berguna atau terbelenggu itu tergantung cara kamu menyikapi hidup"
Petuah mama yang besar tapi ga bersifat menggurui.

Orang mengendarai motor itu hanya sesekali liat ke spion, fokus ke depan adalah kuncinya.
Motor itu ga bisa mundur dan kembali kecuali berbalik arah.
Kita mau kecelakaan karena ngeliatin spion terus dan buang buang waktu berputar putar di tempat yang sama ato melaju mencari jalan, cara dan petualangan baru itu tergantung bagaimana kita memanfaatkan hidup ini.
Kalo tersesat saat berkendara jangan segan untuk bertanya kepada yang lebih paham.
Kalo masih tersesat, jangan anggap itu sebagai kesalahan, tapi anggap itu sebagai petualangan yang penuh tantangan dan materi yang bisa kita petik untuk diterapkan di masa depan.
Tersesat itu bukan sesuatu yang buruk dan ga berguna.
Justru dengan tersesat kita bisa mengenal banyak jalan.
Pengalaman buruk bisa jadi guru yang bijak.

Gue sadar, kesalahan di waktu lampau ga bisa diperbaiki dengan kembali ke masa itu, tapi dengan mengubah kedudulan yang gue dapat menjadi hasil sempurna untuk pembelajaran di langkah gue selanjutnya.
Study gue yang sempat mundur ini bukan kegagalan, melainkan waktu untuk belajar sesuatu yang ga gue dapat dari Institusi pendidikan formal.

Lihat sekarang, dampak dari tertunda sesaatnya study gue, pengalaman kerja, mengajar dan bertualang di negeri orang bertambah.

Gue mulai sadar akan beberapa hal, gue harus maju dan ga boleh takut gagal.
Jalan ini adalah jalan sukses gue.
Jalan ini harus gue manfaatkan lebih baik dari sebelumnya.
Gue ga takut mencari jati diri bahkan gue semakin berani untuk "hidup" dalam kenyataan.
Mungkin gue ga bisa sukses seperti jalan orang tua gue.
Kesuksesan gue bakal gue raih dengan cara lain.
Ga ada yang namanya gagal, hanya kesuksesan dengan cara yang berbedalah yang ada.

Hal yang bisa gue sampaikan buat kawan kawan sekalian adalah, jangan takut pada pilihan dan jangan sesali pilihan itu.
Nikmati dan tenggelamkan diri kalian dalam pilihan itu.
Jalan apapun asal ga bertentangan dengan agama dan hukum yang berlaku akan berhasil dengan baik jika kita menekuni dan bersyukur.
Jangan terlalu lama berkaca, melangkahlah ke depan, lompati pagar penghalang itu singkirkan duri dan serpihan kaca di depan elo, hantam anjing itu pake batu, panjat tebing itu, jangan mau terhenti oleh sesuatu yang merintang dan jangan lupa, sapa semua orang yang kita lewati dalam perjalanan kita, sapa dengan senyum ikhlas.

Gue nulis ini penuh harap agar kita belajar untuk memanfaatkan segala sesuatu yang ada dengan se-optimal mungkin.
Masalah hasil, itu bonus, proses belajarlah hasil sebenarnya.

Sekian dulu postingan kali ini, maaf kalo penyampaiannya kurang nyambung antara cerita dan materi, ato adal tuisan yang ga enak di hati kawan sekalian.
Gue cuma pengen sharing dan berdiskusi.
Silahkan dikomen, itu bentuk pembelajaran bagi gue.

Thanks banget udah sempat mampir dan baca tulisan gue ini..

Bye, chuiiikk,,,,,

Wassalamualaikum..

NB: Thanks to Mama. Erda bakal terus berjuang. Inilah jalan hidup Erda, sulit, terjal tapi seru dan penuh tantangan. Seperti kata mama, ini resikonya jadi anak super ganteng....

Gue Ga Hamil Kok

Assalamualaikum...

Guys,,,
Pa kabar nih??

Hm,,,
Di sini gue lagi ga begitu fit.
Udah 2 minggu ini kena DB.
Trombosit turun ampe 72.000
Cukup lemas, tapi ga ngehalangin gue untuk menulis dan terus tertawa..
Tapi untuk urusan kayang di sembarang tempat, nampaknya musti gue tahan dulu, walo sebenarnya hasrat kayang gue udah menggebu dan minta dituntaskan segera, apa daya, gue musti meredam kebutuhan biologis gue untuk kayang.
Seberanya, gue berambisi untuk foto kayang bareng ama perawat di rumah sakit ini lho...

Eh, gue mau kenalin ke kalian sahabat karib gue selama 2 minggu ini.
Dia itu tinggi, langsing, baik, selalu ada di dekat gue baik saat terjaga maupun saat gue terlelap...

Penasaran??
Dia adalah....
Jeng jeng jeng,,,,
Dia adalah "Tiang infus lengkap dengan Selangnya".
Sahabat karib gue nih...
Hubungan kami dekat banget...
Bagaikan pasien dengan tiang inpus...
Saat gue bangun, dia ada di samping gue, saat tidur dia selalu jagain gue, saat gue pup pun dia setia ngikutin gue ke kamar mandi..
Intim banget ya...

(kalo elo mau nangis ato ngakak, silahkan aja)

Hidup dan bertahan hidup di rumah sakit bukan perkara mudah bagi gue.
Demam Berdarah yang membelenggu ini cukup merepotkan.
Turunnya trombosit, lemesnya badan, kepala pusing macam semalaman naik komidi putar dan pipis yang baunya pekat obat ngebuat hari hari gue jadi berat.
Penderitaan makin lengkap dengan kenyataan bahwa jam 7.30 pagi merupakan serangan fajar yang menyiksa. --> bukan serangannya si Abang..
Bagai merelakan darah kita ke drakula yang udah 3 tahun ga minum darah segar, cuma minum darah kaleng yang dijual di supermarket, darah kalengan yang banyak pengawet dan pewarna buatan.
Itu yang gue alami setiap pagi, yup, tiap pagi gue musti setor darah ke perawat.
Darah gue diambil sesuntikan sapi.
Tau suntikan sapi??
Gedenya semacam suntikan refil tinta printer, yah agak kecilan dikit sih.
Darah gue diambil untuk memantau perkembangan trombosit gue di tiap harinya.
Efeknya, pergelangan siku dalam gue penuh luka tusukan jarum yang semena mena masuk nembus kulit gue.

Selain setor darah, ada hal lain yang menyiksa gue di RS ini.
Kenyataan bahwa menu di RS ga jauh beda ama menu di Hotel Prodeo ga bisa dipungkiri lagi.
Nasi lembek ama sayur hambar plus tempe keras laksana sendal jepit dipadu teh pahit yang baunya naudzubilah ngebuat napsu binatang gue hilang seketika.
Biasanya kooperatif-an otak, tangan, mulut, gigi dan lidah ini selalu padu pas ngelihat makanan tergolek tak berdaya di depan mata sangat tinggi.
Tapi, karena menunya ga manusiawi gini, kerjasama anggota tubuh itu jadi kacau.
Otak bilang kalo kita harus makan biar cepet sembuh, tapi anggota yang lain protes dan berdemo menghadapi serangan masakan yang ga jauh beda dari muntahan bayi.
Asli, ga napsu banget.
Rasanya pas lagi sakit gini pengen deh makan nasi padang.
Beuh...
Nasi padang hangat, kuahnya banyak, pake daun singkokng, pake telur ama perkedel tanpa daging dan teh hangat lebih menggoda iman daripada suster cantik bergaya muslimah yang setiap hari ngebantu dan nemenin gue menjalani kenyataan hidup yang parah di rumah sakit ini.
Tapi apa daya, perut gue belum bisa diajak kompromi, walo dengan negosiasi nikmat bersama nasi padang itu, hasilnya bakal tetap sama, muntah dan semua jadi sia sia.

Sebenarnya gue agak sangsi ama sakit gue ini.
Gue ragu antara DB ato hamil.
Ya, elo ga salah baca, gue pikir sekarang ini gue lagi hamil.
Perut agak membuncit, mual berkepanjangan, badan melemas, pusing, muntah setiap dimasukin makanan, ngidam macem macem ampe kepikiran buat nimang anak udah muncul di otak gue.
Ciri ciri apa lagi yang meragukan seorang suster untuk bilang kalo gue lagi hamil.
Ga ada.
Semua kriteria ibu hamil udah gue dapatkan, ya kecuali kenyataan bahwa gue ga pipis jongkok aja yang ngebuat dokter ga menyediakan sarana persalinan bagi gue.

Tapi setelah dipikir ulang ternyata gue ga hamil kok.
Perut buncit.
Hmmm.....
Emang gue rada endut sih.
Mual berkepanjangan, kata perawatnya, maag gue akut dan itu yang nyebabkan muntah setiap ada makanan yang masuk mulut.
Udah gitu salah satu obat untuk DB gue mangandung asam yang cukup tinggi, otomatis lambung gue jadi bermasalah juga.
Badan melemas dan pusing pusing, ya iyalah, secara HB gue cuman 7 dan trombosit gue saat ini 72.000, kalo gue girang dan aktif bekerja malah itu suatu kejanggalan.
Masalah ngidam macem macem itu agak aneh ternyata.
Gue ngidam Hape Nokia 5800 ama komputer baru.
Katanya kalo ngidamnya gituan bukan merupakan prosesi ngidam yang layak bagi ibu hamil.
Gue emang pengen bener kedua benda itu.
(belum ada ibu hamil yang ngidam hape ama komputer baru kan)
Kalo tentang pengen punya anak, orang mana sih yang ga pengen menimang anaknya.
Laki laki mana yang ga pengen jadi bapak, ngajarin anaknya main bola, melatih agar bisa pipis tanpa belepotan dan ngapalin AlQuran bareng istri dan anaknya.
Semua laki laki normal pengen hal itu kawan...
Dan (kalo ga salah) gue itu laki laki yang normal.

Jadi wajar kalo gue ga divonis hamil ama pihak rumah sakit.
Sudah cukup bukti dan fakta yang menyangkal teori kehamilan laki laki ganteng ini.
Lagian kalo gue hamil, mau dikeluarin lewat mana anaknya??
Via hidung bareng upil??
Terus, gimana cara netek'innya entar???
Mau numpang netek ke kucing liar yang ada di rumah sakit??
Jelas ga mungkin lah, mana rela anak gue ditetek'in ama kucing liar buduk gitu.
Lagian gue juga ga mau mengambil jatahnya si "matahari" yang udah ditakdirkan hamil.

Kata mama, sakit ini sebagai penebus dosa yang telah gue perbuat dan sebagai ajang istirahat gue.
Dosa yang menggunung itu harus direduksi sedikit demi sedikit ato gue ga bakal masuk saf surganya Ya Rabb...
Tentang istirahat, gue rasa ini waktu yang tepat setelah melanglang buana ke negeri orang demi memperlancar study.
Istirahat dan pemaksimalan kondisi sebelum gue berangkat lagi dan (mungkin) bakal serius belajar di sana.
Hal ini juga diamini oleh si "sinar"..
Gue yang hyperaktif ini butuh jeda untuk istirahat juga.
Dia pernah bilang kalo gue ini macam lebah, binatang yang bekerja keras.
Jelas gue bangga dibilang gitu, nambah semangat gue untuk terus berkarya dan berjuang menancapkan kaki di dunia yang saat ini persaingannya semakin ketat.

(asli deh, gue bangga banget dapat sebutan macam itu, walo gue cemburu juga karena ternyata gue bukan satu satunya orang yang dia anggap "lebah")

Tapi ga selamanya rumah sakit itu buruk.
Coba pikir, kapan lagi kita bisa santai dan berleha leha serta jadi pusat perhatian saat orang lain lagi sibuk kalo bukan pas lagi sakit gini.
Kapan lagi kita ada di kamar sendiri pake AC dan ada kamar mandi (lengkap dengan WC duduknya) di dalam ruangan yang sehari 3 kali dibersihin ama petugas dan spreinya diganti tiap hari kalo ga pas lagi bertapa di rumah sakit.
Tapi yah, sejalan dengan kata temen gue Egi (Regina yang bukan anak ke-2 dan bukan anak ke-4), mau semewah dan senyaman apapun tempat istirahat kita di rumah sakit, tetep aja paling nyaman itu di kamar sendiri...
Home sweet Home...

Well...
Sekian dulu postingan di kala lemas ini.
Eh, gue mau ngucapin sesuatu buat kalian nih..
Makasih buat keluarga gue yang selalu nemenin gue saat di rumah sakit ini.
Mama, papa, makasih, walo sibuk tetep nungguin Erda di RS.
Adek gue, Sheva Risetya Al-Lukman a.k.a Lukman, makasih karena selalu datang sehabis pulang sekolah.
Datang dalam rangka ngehabisin makan siang ama roti yang dikasih penjenguk gue.
Kalo sakit itu mbok ya masnya dipinjami guling tho!!
Makasih juga buat Ayu, Ayep dan Dita, yang ngebuat gue nahan pipis selama 1 jam demi meladeni obrolan kalian. Tau ga, habis kalian pulang gue langsung berkunjung ke toilet dan hajatan di sana.
Makasih juga udah menghibahkan nasi padang buat gue.
Thanks to sobat Plurkers yang selalu mendukung gue.
114 kawan di friendlist yang mendukung dan mendoakan kesembuhan gue.
Makasih juga buat beberapa orang yang menitipkan doanya ke orang lain sebelum disampaikan ke gue, btw, kenapa ga bilang langsung aja?? Salam buat bapak dan adek di sana ya.
Makasih buat Mbak Arin, Mbak Nanda dan Mas Abdi yang udah ngerawat gue selama di ruangan Banowati 2 ini.
Makasih buat Sunny yang enggak mau nyuapin gue, dan malah ngebuat gue tahan begadang di kondisi sakit gini dengan pemikiran briliannya dan jokenya, pemikiran kita emang sama dan berbeda dari orang lain tapi jangan sombong ya!!
Thanks buat kawan readers yang mau baca ucapan terimakasih ga penting ini..
The last but not the least, thaks alot buat tiang inpus dan selangnya yang selama 2 minggu ini setia menemani gue...
Maaf, sebenarnya ucapan terima kasihnya masih banyak, tapi ga bisa gue tulis semua satu per dua, bisa bosan kalian bacanya entar.

Ok guys....

Bye, Chuiiikkkk.................

Wassalamualaikum..

Ekuivalensi Cinta dan Kentut



Assalamualaikum...

Guys..
Long time no see ya..
But It's Ok..
Good news for anybody who miss me..
I'm back...


Langsung ke materi, Gan...

Dari judulnya aja udah ketahuan kalo kita bakal diskusi tentang sesuatu yang agak berat.
Bagaimana bisa cinta disamain ama kentut.
Apa iya sih bisa sama??
Mari bersama sama mengkajinya.

Biar gimanapun juga yang namanya kentut dan cinta itu harus sama sama dikeluarkan.
Kalo enggak rasanya bakal nyiksa banget.
Kalo kita nahan kentut, rasanya bakal...
Yah kalian tau sendiri kan gimana tersiksanya nahan kentut.
Ga ada orang yang ga pernah nahan kentut demi kestabilan dan demi perdamaian dunia.
Tapi kentut juga musti dilakukan, layaknya perang, walo itu buruk tapi itu harus kita lakukan.

Sama seperti kentut, cinta juga harus di-seru-kan.
Berdasar pengalaman teman dan nara sumber gue, cinta itu dikatakan sempurna saat kedua orang yang saling mencinta mengakui dan menyatakan.
Gue ada contoh romantis.
Cerita tentang 2 orang manusia. (subyek pertama memang manusia, tapi subyek kedua diragukan ke-manusia-annya)
Sepertinya mereka saling cinta ato mungkin saling sayang juga.
Mereka sama sama ga mau kehilangan, tapi cinta itu ga sempurna.
Kenapa?
Karena ada 1 orang yang belum mengungkapkannya.
Hasilnya?
Orang tersebut merasa terbebani, dia (mungkin) sayang, tapi ga mengakui, jadi dia terbebani.
Ga mau kehilangan tapi belum berani berkomitmen.
Sungguh beban kawan.
Saat lo ungkapin perasaan lo itu, semua bakal jadi jelas dan semua akan terasa ringan.
Jadi, kentut ama cinta punya sifat yang sama, butuh diungkapkan.
Jangan sampe kalian memendam cinta terlalu lama.
Bisa bisa pas kalian ngungkapin ternyata target kalian itu udah punya anak, saking lamanya elo mendam cinta.
So, ungkapkan lah, tapi mengungkapkan cinta bukan berarti meminta jawaban apa orang tersebut mencintaimu juga.
Saat dia merasanyaman dan butuh untuk menjawab, pasti dia jawab juga.

Kentut itu bakal nyakititn banget kalo ditahan, tapi kalo kita biarkan knalpot 2 tak kita bekerja gitu aja bakal membahayakan ekosistem beserta populasi yang ada di sekitar kita.
Pernah saat gue pulang sekolah waktu SMA, waktu itu gue naik angkot, entah ada berapa orang yang ada di dalamnya, gue lupa.
Di kondisi si knalpot gue berontak mau ngeluarin gas buang yang belum lulus standar Euro 2.
Bisa kebayangkan gimana dilemanya gue waktu itu.
Mau kentut di situ tapi takut melukai paru paru penumpang lain, tapi kalo ga kentut bisa bisa perut gue mules 2 hari 2 malam.
Dilema terus menghantui gue selama 10 menit.
Trus apa yang gue lakukan saat itu??
Akhirnya gue tahan kentut, sampai dekat rumah baru gue keluarin tuh gas laknat yang ngegagnggu kenyamanan duduk gue selama diangkot.
Puas, lega, bahagia serasa dapat harta karun aja deh rasanya.
Sama seperti kentut, cinta juga terkadang sangat mendesak untuk diungkapkan.
Bukan untuk jawaban tapi untuk kejelasan.
Walo cinta itu harus diungkapkan, kita ga bisa semena mena buat nyatainnya.
Kalian mau ga kalo cinta yang kalian pendam selama 5 tahun hancur gara gara salah timing ngucapinnya dan embuat elo cacat seumur hidup, cacat dan terhina karena kesalahan lo sendiri.
Contohnya gini, ada kawan gue (kalo ga salah dia itu laki laki, gue belum liat propertinya) yang udah ngebet ama seseorang, gue, si cowok dan targetnya (yang pasti cewek) itu sekelas.
Gue tau dia suka banget ama si target saat suatu malam si cowok itu ngapelin gue.
Yup, gue sering banget diapelin ama teman teman gue.
Tapi gue bukan cowok murahan lho...
Kembali ke cerita.
Suatu saat si cowok ngungkapin perasaannya di depan kelas disaksikan oleh semua iblis dan setan penghuni kelas...
Dia nyampaiin perasaannya pake puisi.
Romantis?? Diterima?? Sukses??
Gagal total... Parah!!!
Sumpah, itu the foolish thing ever deh.
Bukannya terenyuh dan terharu, si cewek malah jijik dan eneg ama kehebatan (kenekatan) si lelaki.
Tau kenapa?
Karena timingnya ga tepat kawan.
Si laki laki itu ngutarain di depan kelas, pas ada Guru Bahasa Indonesia.
Saat pelajaran dan dilihat seisi kelas.
Selain faktor tersebut ada juga faktor yang lain, yaitu faktor pelaku.
Gini maksud gue, kalo pelakunya itu terjadi antara Brad Pitt Vs Sandra Bullock mah asik asik aja si Sandra buat nerimanya, dan kita sebagai penonton terhibur juga ama dia tampang bak dewa dewi Yunani kuno yang cantik.
Tapi emang kenyataan itu kadang ga berpihak ama kita.
Kejadian itu bagaikan nonton Film Beauty and The Beast.
Cewek yang bisa dibilang primadona di kelas beradu akting tengan lelaki yang dijadikan tumbal di kelas.
Tau kan kalo di kelas kalian itu ada seseorang jadi "maskot" kelas.
Seseorang yang selalu terhina dan dihina setiap hari di kelas.
Pasti ada tuh di setiap kelas di muka bumi ini.
Jadi wajar kalo si cewek jadi jijik dan ogah makan selama sebulan.
Jadi sama seperti kentut, cinta itu butuh timing yang tepat untuk melepaskannya.
Kalo gue kentut di angkot itu, bisa bisa Persatuan Angkot Se-Asia Tenggara (PAsAT) menghukum gue ga boleh naik angkot seumur hidup deh.
Tentang kawan gue itu, coba dia ngutarainnya bukan di jam pelajaran, tapi saat pulang sekolah gitu, sapa tau aja bakal diterima.
Walopun kecil, tapi kemungkinan masih tetap ada.
Buat *ko, tetap semangat bro...
Buat *nt*n, maaf kelas 12 IA 6 meninggalkan pengalaman buruk bagi anda, selaku ketua kelas, saya juga prihatin.

CInta itu harus jelas dan nyata serta jujur, seperti pepatah yang tidak boleh kita lakukan, "lempar kentut sembunyi pantat".
Sering kita jumpai bau busuk yang tiba tiba menyeruak dalam ruangan.
Sesaat kemudian semua orang di dalam ruangan itu bertanya dan menuduh siapa gerangan pemilik senjata biologis pemusnah masal itu.
Sungguh aneh, semuanya saling bertanya tanya, lantas siapa yang meluncurkan kentut itu??
Genderuwo yang baru lewat kentut kali ya??
Ga sopan, bikin orang sengsara itu dosa, Jendral!!
Sama juga dengan cinta, jangan pernah kirim surat kaleng saat mengutarakan cinta.
Secret admirer itu cupu!!
Dia cuma berani berbuat secara sembunyi sembunyi, kalo si target suka baru dia ngaku, kalo enggak dia bakal terus memendam.
Ga berani ambil resiko dari apa yang udah dia perbuat.
Buat para Secret Admirer, speak up guys!!!
Jangan jadi pengentut misterius gitu...

Nah begitulah kira kira ekuivalensi kentut ama cinta.
Keduanya memiliki karakteristik yang mirip tapi tidak bisa disamakan.
Yang pasti keduanya sama sama bukan untuk konsumsi publik.
Hanya kita, si target dan Tuhanlah yang tau.
Jangan melakukan hal bodoh dengan mengumbar cinta didepan orang.
Nembak asangan pake masuk tipi plus lari lari bugil.
Jangan seperti itu kawan..
Iya kalo diterima, kalo ditolak??
Bakal cacat lo!!
Terus lagi kalo ditengah jalan kalian putus, apa ga malu ama kameramen tuh???
Macam kentut, janganlah kalian mengumbar dan mempublish ke khalayak ramai kalo kalian habis kentut.
Kecuali kentutnya beraroma lavender ato bayfreesh lemon...

Sekian duu untuk postingan kali ini, semoga bermanfaat...
Satu pesan saya, kentut itu ga dosa selama ga membahayakan nyawa orang lain, jadi kentutlah dengan baik dan benar serta di tempat yang telah disediakan..

Bye, Chuikkkk.............

Wassalamualaikum..

NB: spesial thanks to Alphine Ristina Puri a.k.a apie dan Raia Aulia a.k.a cimulyaya yang telah memberikan materi buat postingan kali ini..
Thanks berat seberat berat badan kalian yang sangat berat hingga terasa berat saat mengangkatnya.

Newer Posts Older Posts