Kenapa Tidak Membalas?

Pulang ngaji gue ngadu sama ibu "ma, tadi di surau ada teman yang nakalin aku. Masak dia gangagu aku waktu nulis arab. Mau aku lempar pake kotak pensil deh rasanya"
Dan ibu gue nanggepin gini "nggak boleh gitu, ngger. Anak mama ga boleh balas gitu. Alloh ga suka kalo hambanya membalas orang pake ngelempar gitu".
*untung saat itu gue ga bilang "ga boleh ngelempar ya, ma? Kalo nonjok ato colok matanya pake kapur gimana? " untung gue ga sekeji itu*

Ibu gue ngasi wejangan "sampai kapanpun, jangan pernah balas orang yang nakalin kamu ya, nak. Janji sama mama ya".

Seperti biasa, hanya sekalimat macam itu, pembahasannya bisa puanjang.

Kenapa kita ga boleh bales orang yang nakalin kita? Kan orang itu udah berbuat sesuatu yang bikin kita ngasih nilai negatif ke dia dan ingin orang itu merasakan hal yang sama seperti yang kita rasakan.

Ada yang bisa jawab kenapa?

Karena *kata ibu gue* manusia diciptakan Alloh itu mempunyai hati.

Nah lo.. Apa hubungannya ga boleh membalas keburukan dengan keburukan karena manusia telah terinstal dengan hati.

Gue bingung. Nah di kondisi kaya gini *butuh pencerahan* gue lari ke bapak.

"pa, hubungannya ga boleh bales orang nakal pake dinakali ganti sama punya hati apa ya?"

Bapak gue bercerita.
"Dulu Rasulullah saat menuju surau mendapat ujian dari Alloh melalui seseorang. Apa ujiannya? Dalam perjalanan beliau diusik oleh seseorang dengan dihina, diludahi bahkan dilempar kotoran di jalan yang dilalui Kanjeng Rasul. Peristiwa itu terjadi selama berhari hari. Sampai pada suatu saat, Rasul tidak menemui ujian tersebut saat Beliau hendak menuju surau. Kanjeng Rasul heran, ada apa ini. Beliau pun bertanya pada orang sekitar, di mana gerangan orang yang biasanya menyambut Rasulullah itu. Penduduk pun menjawab, orang itu sakit, Ya Rasulullah. Kanjeng Rasul pun meminta salah satu penduduk mengantarkan ke kediaman orang yang sakit tersebut. Sampai di rumah orang itu, Kanjeng Rasul mendapati orang yang biasa menyambutnya itu tertidur lemah, benar benar sedang sakit. Terkejutlah orang itu ketika rumahnya didatangi Rasulullah. Dia pun bertanya tanya, mau apa Rasul ke sini. Kanjeng Rasul pun menjelaskan bahwa beliau rindu sambutan orang tersebut. Mendengar penjelasan itu, orang yang semula benci pada Kanjeng Rasul pun menangis, betapa mulianya pribadi Rasul ini. Setelah dijahili selama ini ternyata Beliau mau datang menjenguk. Akhirnya menangislah orang tersebut. Tidak hanya menangis, tapi juga bertaubat dan mulai melangkah di jalan Alloh."

Hm..
Sudah pada jelas?
Jadi begini, manusia kan terlahir fitri kan ya. Terlahir suci. Perkara saat menjalani hidup nanti rada melenceng, tetap bisa dikalibrasi untuk menjadi setingan awal. Dengan catatan, masih ada iman di jiwanya. Nah hubungannya sama hati? Ya si hati itu lah tempat bersemayamnya iman. Eh, dalam hal ini, hati bukan maksudnya liver lho ya. Hati di sini itu qolbu.. Ingat, qolbu, bukan kalbu. Jauh tuh artinya kalo salah ketik.

Sebatu apapun qolbu seseorang, jika telah tersentuh oleh ketulusan dan diberi cahaya oleh Alloh, ya hangat dan luluhlah qolbu itu.

Kenapa kita ga boleh balas? Kenapa? Ha, kenapa? Kenawhy?

Kenapasih kita harus membalas?

Gue tanya, kenapa elo mau ngebales orang yang udah jahatin lo?
Mungkin salah satu alasannya adalah supaya si dia juga merasakan apa yang elo rasakan. Gitu ga?
Wah, kalo alesannya setipe sama itu mah sama aja kalian terjebak dalam kubangan kekhilafan. Dendam itu mah, ga rela diri disakiti dan pengen menyakiti orang. Masak mau sama sama khilaf? Mustinya mah kalo ada orang yang khilaf, elo ingetin dong, ato minimal jangan sampe terpancing sama sama khilaf. Kalo sama sama khilaf siapa dong yang bakal ingetin? Ga bakal berhenti saling menyakiti kan jadinya.

Guys, kita punya junjungan, yaitu Rasulullah. Tauladan di segala jaman. Permasalahan macam gini sudah beliau contohkan. Nah, sekarang tinggal kita mengaplikasikan..
Ya tho..

Kejahatan tak akan habis jika kita terus berpikir untuk menumpasnya dengan jalan yang sama. Pelaku kejahatan adalah orang yang khilaf. Jangan benci orangnya, tapi benci kejahatannya. Maafkan orangnya dan mari ajak dia kembali ke jalan Alloh.

*Ini cerita gue waktu kecil. Dulu dan dulu sekali. Walau begitu, janji gue pada ibu masih gue pegang terus dan terus. Kelak, jika Alloh mempercayakan anak pada gue, akan gue ajari dan tanamkan apa yang ibu tanamkan ke gue*

Newer Post Older Post