Dulu Kita Belajar Berjalan Tanpa Bantuan Pacar [part 1]

Di ruang kelas B-107, dengan saksi 40 kursi kuliah, papan tulis, infocus, meja dosen dan beberapa spidol, cerita ini terjadi... [ya, memang tidak ada AC di kelas ini]

"Cukup... Aku sudah muak dengan ocehan mu.." hardik pemeran pertama, sebut saja namanya Susi Bella Yanuar, selanjutnya saya singkat menjadi,,, errr.. ok, selanjutnya dipanggil Susi saja, supaya tidak ada kerusuhan yang terjadi karena terbitnya tulisan ini di blog saya.

"Ocehan? Kamu anggap aku ini tukang oceh?? Hm. maksudku, kamu anggap aku ini pengoceh?? Err.. atau apalah itu namanya... Seumur umur baru kamu yang bilang aku pengoceh, emang ada potongan muka Beo-1) ya??" walo dalam kondisi genting, aktor ini [lawan main pemeran pertama] masih sempat 'guyon' walopun malah terkesan 'wagu'.

1) sejenis burung, biasanya hitam dan berbulu, serta bisa meniru kata kata majikannya, tapi belum ada jenis burung ini yang mampu menghapal rumus phytagoras.

"Ga lucu tauk..." SB.. upss.. Susi sewot..

"Lah, sapa juga yang ngelucu..." setelah terdiam sesaat, dia kembali melanjutkan kata katanya.. "Sekarang kamu bilang aku cuma pengoceh, dulu kamu bilang aku ini pangeranmu, jadi mana yang benar??"

Braaakkkk....

Tiba tiba keduanya terkaget oleh suara pintu yang digedor...

Satpol PP??

Bukan saudara saudara, mereka memang terkena 'garukan' karena masih berada di kampus pada jam segini, berdua pula..

"Hey, siapa kalian?? Sedang apa kalian di kelas ini?? Kalian mau macam macam ya?? mau berasusila ya??"

Sesosok kepala tiba tiba dan 'mak bedunduk' muncul dari pintu di sudut kanan kelas, di bagian depan..

Dengan lantang, sang aktor [yang belum gue kasih nama] menjawab dengan nada tinggi..

"Lha anda sendiri siapa?? Tiba tiba masuk kelas di jam segini, tidak sopan!!! Mustinya anda mengetuk pintu, bukan menghantam pintu.. Tidak tau sopan santun.. Tidak pernah mengenyam bangku pendidikan pasti... Iya kan?? Mengaku saja.."

Berbeda dari si aktor yang tampak geram karena diskusi after class ini diganggu sesosok makhluk, Susi justru tegang. Dia membayangkan kalo mereka berdua akan digelandang ke polsek terdekat karena dituduh bertindak asusila di dalam kelas.. Gak keren kalo besok wajahnya mucul sebagai headline koran lokal, regional maupun internasional bahkan sampe jadi berita utama di Buser atau Patroli. Nggak keren, blass...

"Lho, kamu ini ditanya sama orang tua malah ngelunjak.. Ayo ikut saya ke kantor... " kata orang yang tadi kepalanya nongol.. Sekarang seluruh badannya sudah keliatan..

"Ampun, pak.. Kami ga ngapa ngapain kok, pak.. Kami cuma lagi diskusi.." kilah Susi..

"Halah, diskusi apa? Diskusi kok berduaan.. Sudah ga perlu banyak alasan, ayo ikut saya.."

"Lho, jelas bedua dong pak, kan kami lagi diskusi, kalo sendirian itu namanya ngayal, kalo rame rame itu namanya demo..." jawab si aktor.. [sampe sekarang gue belum tau mau kasih nama siapa]

"Ga percaya.. Diskusi atau mau berbuat kalian ini??"

"Berbuat???" tanya Susi heran.. --> masih polos

"Lho, serius pak, kami diskusi.. Ini buktinya.." si aktor menunjuk beberapa lembaran kertas yang sobek sobek, kotak pensil yang telah terkapar di lantai serta isinya yang sudah tercecer berantakan..

"Pokoknya ikut saya ke kantor, nanti kalian jelaskan di sana..."

"I...iyaaaa, pak.." jawab Susi terbata bata.

Dan ketiganya pun berjalan beriringan dengan riang gembira ke kantor..

Ya enggak lah, kalo riang gembira mah mau piknik namanya..

Sesampainya di kantor-2) mereka berdua duduk bersebelahan, menghadap makhluk yang tadi nge-gep mereka di ruang kelas..

2) kantor itu letaknya di sebelah kanan free space center building, yang biasanya jadi tempat bermacam macam pengumuman, karena memang ada mading di situ. Nah, free space center building itu letaknya di kanan rooster.. [coba tebak kampus mana ini??] --> sudut pandang saya dari jalan masuk gedung ini..

"Siapa nama kamu?" tanya orang itu..

"Susi, pak.. Susi Bella Yanuar."

"NIM?" tanya si bapak lagi..

"114040000" --> kok mirip nomer telp saya ya?? (unsure)

"Kamu, siapa nama kamu?" tanya si bakap ke aktor..

"Nama saya...???" si aktor malah tanya balik..

[wajar dia tanya balik, secara gue belum kasih nama ke dia..]

"Iya, nama kamu siapa anak muda??" jelas si makhluk yang tadi kepalanya nongol..

"Ughh... sebentar pak..." si aktor mengeluarkan dompet dari sakunya, mengeluarkan KTP, membaca sekilas lalu berkata "Sony Laksono, pak.."

"Itu nama asli kamu??" selidik makhluk yang tadi kepalanya nongol.

"Bukan, pak.. Nama asli saya Mawar.." Jawab si aktor yang belakangan diketahuin bahwa namanya Sony Laksono.

"Jangan bercanda kamu!! Sony itu nama kamu?!?!" bentak si makhluk yang tadi kepalanya nongol.

"Siap, pak.. Iya, itu nama asli saya.. Saya bersumpah atas nama pemimpin bangsa ini kalo itu memang nama saya" jawab si Gayu.. eh, Sony, sambil terhentak dan berdiri.. Kayak mau di sidang aja.. [padahal kan emang lagi disidang]

"NIM kamu berapa??"

"NIM atau nomer seri paspor pak?"

"NIM!!"

"Oh, iya pak, sebentar.." Sony kembali membuka dompetnya..

Ketika membuka dompet, si makhluk yang tadi kepalanya nongol berkata "Kamu tidak hapal nama, NIM, lalu apa yang kamu hapal?? Mahasiswa macam apa kamu itu.."

Sony asih mengubek ubek dompet.. Dia tidak menemukan KTM di dompetnya..

Hingga Susi berkata "Son, KTM mu kan ada di Rental DVD itu.."

Gubrakkk...

Yak, beginilah kelakuan mahasiswa jaman sekarang..

Menggunakan KTM sebagai jaminan pinjam DVD..

Hayoooo.... Siapa yang seperti itu juga?!?!?!?!?!

"Dasar mahasiswa ga tau diri, masak KTM digadaikan.. Mau jadi apa kamu, ha??"

"Mau jadi dokter, pak.." jawab Sony..

"Kalo mau jadi dokter, kenapa kuliah teknik??" tanya Susi..

Nice question...

"Apa yang kalian lakukan di kelas tadi??"

"Ya tadi kami sedang ngobrol pak.." jawab Susi..

"Apa yang kalian bicarakan??" tanya si makhluk yang tadi kepalanga nongol sembari mencatat, menulis sesuatu..

"Eh, itu dicatat ya pak?" tanya Sony.

"Tentu saja lah, ini untuk berita acara, besok saya serahkan ke bagian kemahasiswaan, biar bagian itu yang memutuskan.."

"Lho pak, kan kami ga ngapa ngapain.." sergah Sony.

"Apa yang kalian obrolkan??" tanya si makhluk yang tadi kepalanya nongol tanpa menghiraukan sergahan Sony.

"Hm.. Jadi gini pak, saya tadi mau putusin si Sony.."

"Apanya yang mau diputusin??"

"Maksud bapak??" tanya Susi.

"Ya mau mutusin apanya Sony??"

"Bukan apanya kali pak, saya ini mau diputusin sama Susi, hubungannya.. Kami pacaran."

"Iya, sebelumnya kami pacaran.."

"Hm.. Lantas, sekarang kalian sudah putus??" tanya si makhluk yang tadi kepalanya nongol ke Sony.

"Belum, pak.. Saya belum mau.."

"Ok, laporan sudah saya catat, besok kalian menghadap di bagian kemahasiswaan gedung D jam 9, jangan terlambat"

"Baik, pak.." jawab pasangan yang hubungannya serta masa depannya di kampus ini sedang berada di ujung tanduk.

Dengan langkah gontai laksana prajurit kalah perang, Susi menapaki jalan dari gedung B menuju gerbang..

Langkahnya terhenti di ATM pojokan persimpangan jalan.

Persimpangan jalan yang jika dilihat dari arahnya memandang sekarang, ke kanan adalah untuk menuju area parkir motor yang baru..

Sisi kirinya, area motor lama yang langsung terhubung dengan pintu masuk timur gedung B.

Area parkir motor lama itu menyimpan beberapa kenangan.

Kenangan indah yang telah menjelma menjadi kenangan pahit.

Ya, setidaknya hingga 4 hari yang lalu, tempat itu masih menyimpan kenangan indah.

Lama Susi terpaku memandangi area parkir itu..

"Kok ngelamun??"

Sontak, Susi terloncat dari lamunannya ketika dari belakang ada yang berkata 'kok ngelamun' itu tadi sembari menepuk bahunya-3).

Spontan Susi memalingkan kepalanya kebelakang, bukan memutar kepalanya ke belakang lho ya..

Dia mendapati Udin 'nyengir kuda' di hadapannya.

3) dadanya??? you wish!!!

"Ngapain hari gini ngelamun di parkiran? motor elo ilang?" tanya si Udin.

"Kagak, gue cuman.. Hm.. Ga ngapa ngapain sih, cuman habis dari gedung B aja.. Ini juga mau balik."

"Ouww.." respon si Udin plongo, mendengar jawaban Susi.

"Eh, elo juga ngapain di sini?" tanya Susi balik.

"Gue lagi nungguin cowok gue. Dia praktikum di gedung C. Niatnya sih habis praktikum mau ke BEC."

Susi tersenyum dalam pedih..

Dia teringat, dulu sering menemani si Sony ke BEC.

Persis seperti Udin dan cowoknya sekarang,,

Wootttt??

Tunggu dulu..

Sebenarnya ini gimana ceritanya??

Udin dan cowoknya??

Apa ini romantika HIMAHO??

Himpunan Mahasiswa Homo???

Apa yang sebenarnya terjadi??

Kenapa Udin punya cowok??

Siapa seberannya Udin??

Apa yang terjadi 4 hari lalu di parkiran sehingga membuat Susi ingin putus dengan Sony??

Bagaimana persidangan Susi dan Sony di bagian kemahasiswaan besok jam 9??

Ohhh..

Cerita ini terlalu berbelit dan membuat saya gila...

Sang penulis berbicara...

Anda sekalian tidak perlu bingung..

Memang sekarang cerita ini masih menggantung..

Inti pembahasan dari cerita ini belum muncul..

Ini masih sekedar konflik awal saja..

Untuk memetik nilai yang terkandung di cerita ini, anda harus membaca part-2 nya..

Semua misteri akan terungkap..

Baik itu kisah HIMAHO, peristiwa 4 hari lalu, maupun sidang esok pagi..

Semua akan dibahas tajam, aktual, terpercaya serta berbobot bagaikan Golok!!!

Nantikan lanjutannya, besok..

Yup, besok..

Besok kapan, entahlah..

Saya sendiri tidak tau..

Tapi tunggu saja besok..

Sekian...

[bersambung]

Newer Post Older Post

2 Responses to “Dulu Kita Belajar Berjalan Tanpa Bantuan Pacar [part 1]”

Anonymous said...

sesungguhnya manusia bisa melakukan apa yang dia yakini bisa itu sendiri, tanpa bantuan orang lain, pun pacar..

amychaniago said...

belum nyampe ya ceritanya ke judulnya?..

(haha)..tp aku udh bs senyum2 n ktawa2..
Lucu juga baca blog kmu ross.. :D