sayang, ini yang aku berikan...

Assalamualaikum...


Bismillaahirrohmaanirrohiim
Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin

Hamdan Yuuwaafii ni’amahu wayukaafii maziidah. Yaa robbana lakal hamdu kamaa yambaghii lijalaali wajhika wa’adhiimi sulthoonik. Wa shollal loohu ‘alaa sayyidina muhammaddin wa’alaa aalihii wa shohbihii ajma’iin.


Hal apa yang paling dekat dengan diri kita??

Keluarga? Saudara? Kekasih? Atau bayangan kita?


Hal apa yang paling jauh dengan dari diri kita??

Kutub utara? Kutub selatan? Surga? Neraka?


Bisakah keluarga pergi menjauh dari diri kita?

Bisakah saudara meninggalkan kita?

Sanggupkah kekasih setia menemani kita selamanya?

Bayangan memang dekat, tapi terkadang dia menghilang.


Bisa kah kita pergi ke kutub utara?

Mampukah pesawat mencapai kutub selatan?

Akankah kelak kita pergi ke surga atau neraka?


Hal yang paling dekat dengan kita adalah sesuatu yang tak mungkin menjauh walo kita berusaha untuk pergi.


Hal yang paling jauh dari kita adalah hal yang tak mungkin mendekat dan kita raih meski terus mencoba untuk mendekat.


Hal yang paling dekat adalah kematian.

Bisakah kita menghindar dari kematian?

Bisakah kita pergi ke Venus untuk menghindari kiamat?


Hal yang paling kauh dari diri kita adalah masa lalu.

Bisakah kita membuat mesin waktu untuk mengembalikan waktu?

Bisakah kita membeli waktu yang telah kita lalui?


Sayangku, kita hidup di dunia ini untuk mempersiapkan modal kelak di yaumul hisab.

Sayangku, kita terlahir dalam kesucian, dalam perjalanan hidup banyak bercak bercak yang mengotori diri kita.

Tapi sayangku, kita bisa menutup bercak itu dengan sesuatu yang lebih indah.


Sayang, siapa yang bisa tebak umur kita?

Sayang, bisakah orang memastikan kita bisa sehat selamanya?


Sayangku, kita tidak bisa mengulang sesuatu yang telah terjadi.

Sayangku, mengulang hari untuk memperbaiki kesalahan adalah hal yang mustahil.


Ingatlah sayang, kini kesempatan telah berkurang.

Kini langkah kita makin terbatas.


Perlukah kita berbangga diri atas apa yang kita alami sekarang?

Perlukah ucapan ucapan itu kita terima?


Rasa syukur dansedih lah yang seharusnya kita rasakan.

Rasa syukur karena kita masih diberi kesempatan untuk mengabdi padaNya.

Rasa sedih karena jatah hidup kita berkurang.


Sayangku, bukan hadiah yang akan aku berikan.

Bukan ucapan yang akan aku sampaikan.


Tapi, sayangku...


Aku ingin kau tau.

Memang umur kita bertambah.

Dan seiring bertambahnya umur itu, iman, taqwa, kedewasaan, kebijaksanaan, pengetahuan dan kesabaran makin meningkat juga.

Tapi, disamping itu, nyawa kita juga berkurang.


Sayangku, mari melangkah...

Bukankah kesempatan kita untuk mempersiapkan bekal di dunia ini semakin berkurang?

Dengan waktu yang entah berapa saat lagi akan habis, bisakah kita menutup kesalahan dengan amal yang kita lakukan??


Kita ada untuk mempersiapkan kelak...


Sayang, bukan aku tak ingin memperhatikanmu.

Tapi beginilah caraku memperhatikanmu.

Sungguh ini caraku, berbeda dan mungkin kurang berkenan bagimu.


Di hati ini sedih...

Tapi akan terus mencoba mengusir rasa sedih jika ingat umur yang semakin menipis.

Ingat mati.

Bukan takut untuk mati, tapi apakah sudah siap untuk mati, mengingat bekal belum cukup.


Sayang, mari kita bersama melakukan yang terbaik untuk menyiapkan apa yang kita butuhkan kelak.


Ya Allah, Ya Bashir, Yang Maha Melihat, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui rahasia kami yang tersembunyi dan amal perbuatan kami yang nyata, maka terimalah amalan kami ini.


Ya Allah Ya Rohman Ya Rohiim, tolong mantapkanlah aqidah kami, sempurnakanlah ibadah kami, dan baguskanlah akhlak kami. Sepuaya di kesempatan yang makin menipis ini kami bisa semakin mendekatkan diri padaMu.


Ya Allah Ya Ghoffar Ya ‘Afuuw, Yang Maha Mengampuni Yang Maha Pemaaf, ampunilah dosa kami di masa masa yang dulu dan masa yang akan datang, sesungguhnya itu karena kelalaian kami. Manusia adalah ladang dosa, tapi kami akan terus berusaha untuk tetap berada di jalanMu.


Ya Allah, saat kami kembali padaMu, jagalah kami, lindungilah kami dan biarkan kami kembali dalam kondisi yang suci.


Sayangku, hanya ini yang bisa aku berikan untukmu...


Wassalamualaikum....





Newer Post Older Post

10 Responses to “sayang, ini yang aku berikan...”

Anonymous said...

bee,, makasih ya kata2nya,, maafin sun,, sun ga tau lagi harus bilang apa,, yg jelas sun pingin bee selalu ada buat sun,, jangan jauh2 dari sun ya sayang,, jangan berpikir sun mengkhianati,, tapi itulah ujian kita,, sun diuji kesetiaan olehNya n yg sun tau sun masih sayang bee,, mkasih ya bee,, kamu emang beda,,

Chici said...

Wah dua sejoli yg semangat dund, jgn biarin LDR memisahkan kalian seperti kisah saia...
akur2 yaaaa...
*Sok tua
moga langgeng terus ampe punya anak cucu, amiiiiiin...

menek_deui said...

iye siap chit..
ldr..
oh ldr..
lho kisah gimana chit?
bukannya ama bang siapa gitu..
mari tetap bersemangat chit..
salam buat mith..

menek_deui said...

ok.. siap sun..
tapi tetep cemburu lah kalo dengen yang kemaren itu..

Chici said...

Huks.. Saia mah udh berakhir LDRnya, pdhl cuma pindah ke kalimantan dia ud g tahan..
MiThut tu yg msh langgeng LDRnya ampe skrg..
Ayooo chy..
Ganbatte...

Anonymous said...

Ketika hati ini tetapkan pilihan
Adakah kuasa diri tuk coba abaikan..

Walaupun jauh dimata tetap dekat di hati..

..LDR oh LDR..

menek_deui said...

to Chit..

oh.. so sorry to hear that..
nyante aja chit...
lupakan perasaan itu dengan makan makan....
udah jarang liat tret tentang makan makan lagi nih aku...

menek_deui said...

to Chit..

oh.. so sorry to hear that..
nyante aja chit...
lupakan perasaan itu dengan makan makan....
udah jarang liat tret tentang makan makan lagi nih aku...

menek_deui said...

to mith..

menghayati bener ldrnya..
terus berjuang bu...
walo sebenarnya yah...
no one knows...
[ngelantur]

Chici said...

wah ia chi, sekarang udah rada miskin ni, jadi jarang jajan.... huks...
*pasang tampang kelaparan....