Visit Jateng On StoryLine
“Imposibruuu..
Ra mungkin sukses, bayangpun, berapa banyak ruas jalan sing belum
layak sebagai jalan protokol? Maksudku, dari segi lebar jalan, marka,
terus kondisi jalan. Sik akeh bolong'e yoo” yup, opini Joko
memang masuk akal, dari segi infrastruktur memang Semarang, sebagai
ibu kota Jawa Tengah, sepertinya belum siap dalam meng-handle acara
Visit Jateng 2013.
“Kan acara iki
berarti memunculkan, menunjukkan potensi wisata Jawa Tengah, nah,
taruhlah Semarang. Obyek wisata sing diandalkan opo? Kebun binatang?
Tandus bro.. Lawang sewu? Arep mlebu wae bayar mahal, belum lagi area
parkir sing kurang memadahi. Museum? Opo? Ronggowarsito? Jajal
delok'en, akses menuju Ronggowarsito via Karang Ayu sing menuju Kali
Banteng, puadat dan pasti macet gegara ada pembangunan jalan layang
tho? Piye pengunjung akan merasa nyaman, atau paling tidak berminat
menuju ke sana, nek aksesnya aja susah gitu.” seperti nya Temon
berada di sisi yang sama dengan Joko, pesimis acara ini akan berjalan
sebagaimana yang direncanakan.
“Nah, iku..
Dirimu ngerti Pecinan? Gang Lombok? Ono kendala meneh, Mon..”
lanjut Joko.
“Iyo,
premanisme tho? Dulu temenku ada yang mau motret di situ, mereka
berurusan karo preman yo. Kalo premanisme masih marak, sekalilagi,
calon pengunjung bakal was was lah nak arep menuju ke sana.”
“Yo, kan masih
ada waktu tho bro sebelum acara iku mulai. Pemerintah pasti lebih
ngerti ketimbang kita kita ini tentang kendala acara iki, dan aku
yakin pemerintah ora tinggal diam.” Budi mengeluarkan aura
positifnya, dia yakin bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam. Budi
percaya acara ini akan dan harus berjalan sukses.
“Iku, jalan
nang pertigaan Pedurungan, sing ke timur arah Mranggen, ke barat
Jalan Majapahit. Nah, sepanjang jalan fatmawati iku, tekan Rumah
Sakit Kodya Semarang kan wis diaspal, jalan diperlebar, iku sebagai
bukti kalau pemerintah serius menanganinya. Menurutku ya, pemerintah
berpikir, bukan dari segi wisata thok sing diperbaiki, tapi akses
menuju spot spot penting juga diperhatikan. Terus meneh, saiki wisata
sepatu roda di simpang lima wis ditertipkan, mulane aku pikir iku
suatu kemunduran, tapi ternyata iku hal yang positif.” lanjut
Budi.
“Positif piye?”
Temon penasaran dengan jalan pikiran sobatnya itu.
“Saiki ngene,
ga semua orang sing bermain di Lapangan Pancasila iku mahir bersepatu
roda, ono sing sik pertama kali bahkan. Nah, nak misal terjadi
insiden, kegelincir jatuh nang jalan raya kan bahaya. Kan dewe
ngerti, simpang lima iku kawasan padat kendaraan, iso berabe tho
jadinya..”
“Emang sih,
pemerintah sudah proaktif dalam turut serta mensukseskan acara iki,
tapi warga sendiri, 'the citizen' ne dewe piye? Kesadaran akan tertib
lalulintas, kesadaran tentang kebersihan, kenyamanan dan keamanan
kota? Percuma ono peraturan tapi sing diatur belum sadar tho..”
lagi, hawa hawa negatif muncul dari mulut Joko.
“Nak dilihat
dari berita, emang sih Semarang terkesan adem ayem, minim berita
kriminal, anarki dan sebagainya, tapi sebagai warga semarang, dewe
kan yo ngerti tho, penjambreran di malam hari ki sik marak, meskipun
polisi selalu patroli..” lanjutnya.
“Ho'o, patroli
nganggo Lancer Evolution ya..” celetuk Temon dengan nada
sarkasme, dia berpikir, untuk apa polisi di Semarang menggunakan
Super Car sekelas LanEvo sebagai patroli, ini bukan di Amerika.
“Lha iku,
LanEvo nda..”
“Lha opo Fast
and Furious?? Hahahahaha”
“Hahahahaha...”
ketiga sahabat itu tertawa, sinis, memikirkan apa esensi menggunakan
Super Car di jalanan Semarang.
“Eh, btw nda,
si Dedi kok belum datang yo? Kopiku wis arep entek ki..” kata
Joko.
“Tadi tak sms
sih wis arep mangkat, paling ning ndalan..”
“Halah, wis
arep mangkat? Mangkat nang kamar mandi? Adus, macak terus baru ke
sini? Selak entek kopiku..”
“Mas.. Kopi
Lelet siji meneh ya..” teriak Joko pada mas mas yang jualan di
warung kopi ini.
“Nah, aku
kelingan.. Ada beberapa kasus ki.” tiba tiba Temon angkat
bicara.
“He? Kasus
opo?”
“Tentang jam
karet..”
“Maksudku, kan
sudah jadi rahasia umum nak kita, sebagai warga Indonesia Raya yang
gemah ripah loh jinawi iki nak nduwe jam, mesti jarum jam'e iso
molor.. Iki bisa jadi kendala dan permasalahan serius.” lanjut
Temon.
“Maksudmu?”
“Saiki ngene,
kalo misalkan ini acara diabuat seperti tour agent, maksudku ada
jadwal jadwalnya, bisa jadi perkara. Contoh langsung ya, para
wisatawan hinggap nang Semarang, trip di mulai jam 8 pagi, lokasi
awal ki nang kota lama, pasar Johar, Gedung Marabunta dan sekitarnya.
Taruhlah sampai jam 12 siang, bar iku sholat dzuhur nang Masjid
Kauman. Setelah dari situ, tujuan lanjut ke Masjid Agung Jawa Tengah
nang jalan Gajah, mereka lewat arteri iku. Nah ning kene masalahe.
Yakin ga para wisatawan iku bakal berjalan sesuai jadwal? Nak aku ga
yakin, pertama, dari awal keberangkatan, pasti molor, ono sing sik
nge-charge gadget, nyiapkan kamera dan sebagainya. Yang kedua, jalan
iku kan padat, menuju Masjid agung pasti kena macet.. Molor meneh..
Nah, dampak dari molor iku, pasti ada spot yang di-cancel dalam trip
tersebut. Eman eman tho.. “ papar Temon tentang kasus ini.
“Mon, mbuh
kenapa, tapi aku setuju karo penjelasanmu ini. Jam karet, pemerintah
ga bisa mengatasi nak kendala datang dari individunya. Tapi bos, kita
kan ga tau sistem kunjungannya iki bakal seperti tour agent atau free
visiting ngono kan.. “ Budi yang sedari tadi diam menyerupun
hot lemon tea mulai angkat bicara, masih dengan aura positifnya.
Warung kopi, atau
kerennya disebut Kafe ini memang padat, banyak pengunjung yang
menghabiskan waktu akhir pekan bersama kerabat maupun pacarnya dengan
nongkrong. Tapi, suasana rame ini sama sekali tidak mengurangi
diskusi, well, lebih tepat disebut debat hardcore sporadis yang Budi,
Joko dan Temon lakukan. Dengan ditemani secangkir kopi milik Joko
yang sudah tinggal seperempat, lemon teanya Budi, serta es kopi
coklat Temon, dan yah, memang, ga seru kalo debat ini ga ditemani
dengan benda ajaib pemersatu manusia, “Udud”. Hahahaha...
Visit Jawa Tengah
2013, yup, Jawa Tengah, bukan Semarang, tapi berhubung mereka berada
di Semarang, jadi yang mereka bahas lebih tentang Semarangnya.
Semarnag kota Atlas.
Acara ini bisa
sebagai ajang promosi spot spot wisata yang ada di Jawa Tengah ke
masyarakat Indonesia, bahkan di dunia. Bagaimana bisa? Lha? Bagaimana
tidak bisa coba, kan Visit Jateng punya official web dalam dua
bahasa, Inggris dan Indonesia, itu kan bisa jadi acuan dan media
promosi, secara kita tau gitu loh, kalo promosi via online sekarang
lagi banyak dilirik dan diminati. Selain itu, ga bisa dipungkiri
bahwa dengan acara ini, kantong devisa daerah bisa makin menggemuk,
dengan catatan, dikelola dengan benar hasilnya. Ada lagi dampak
positifnya, seperti yang dibilang si.. si siapa itu yang rambutnya
cepak pake kaca mata yang lagi diskusi itu? si.. si Budi kayaknya,
kan dia bilang kalo banyak ruas jalan di Semarang yang udah diaspal,
nah, dampak positif kan.. Warga ga perlu demo demo lagi minta
jalannya diperbaiki. Dan gue juga yakin, nanti spot spot wisata
Semarang pasti banyak dipugar, diperbaiki, gue rasa tingkat
kenyamanan bisa meningkat 75% deh. Jadi pengen nanti setelah dipugar,
muter muter berwisata sama si nyonyah gue. Tapi kalo sekarang mah
ogah. Jujur ya, gue males kalo musti berwisata di Semarang, karena
banyak hal, gue ama nyonyah mendingan stay di rumah kalo pas liburan.
Tapi, guys, ga bisa dipungkiri, ada spot spot istimewa di Semarang
yang “cetarrrrr membahana” gitu. Well, gue, tukang poto, sering
nyeret model ke Jembatan Merah di Tinjomoyo, deketnya UNIKA itu lho.
Tempatnya eksotik, bukan sebagai obyek wisata sih, tapi sebagai spot
buat motret. Tapi sayang, akses ke situnya susah, jembatan sebelum
menuju ke spot Jembatan Merah kayaknya roboh deh, mobil ga bisa
lewat, motor juga susah. Itu sih kalo kata gue.
Gue udah paparin
kan sisi positif dari acara ini, sekarang gue mau ulas beberapa sisi
negatifnya, well, ga sepenuhnya negatif sih, asal bisa ditanggulangi
pasti acara ini bakal sukses besar. Masalah pertama adalah SAMPAH!!
Hwasem, pasti setelah ada acara itu, sampah itu jadi menggunung,
contohnya, pas kemarin ada acara di jalan depan SMA 3 itu, terus
acarayang di kota lama itu, terus acara launching kendaraan itu,
apalagi acara di Lapangan Pancasila, pasti sampah jadi berserakan dan
area di Lapangan Pancasila jadi porak poranda. Jijik gue lihatnya..
Solusinya? Simple sih, musti ada kesadaran dari diri tiap individu
untuk menerapkan budaya hidup bersih bagi dirinya dan lingkungan. Gue
rasa, perlu deh ada seminat kebersihan atau menjaga lingkungan
sebelum acara ini berlangsung, supaya ga pada buang sampah
sembarangan saat visiting lokasi wisata, dan ga corat coret di tempat
wisata, itu sama sekali ga keren, coy! Masalah kedua adalah
KEMACETAN. Yup, kemacetan, tau ga, sekarang Semarang udah 11-12 ama
Bandung dan Jakarta, macetnya luama, ibarat kata nih ya, gue kejebak
macet itu bisa sambil nyeduh mie instan gelasan lho, gegara saking
lamanya. Banyak ruas yang musti diwaspadai karena rawan kecelakaan,
contohnya yang paling jelas, daerah oleh oleh Bandeng Presto di Jalan
Pandanaran. Orang Semarnag mana sih yang ga tau macetnya jalan
pandanaran? Mana ada.. Semua pada tau lah. Plat plat dalam maupun
luar kota pada nimbrung di situ, entah mereka beli bandeng, loenpia,
atau sekedar nongkrong sama tukang parkir. Najong bener tuh
macetnya.. Tapi gue rasa pemerintah ga tinggal diam, mereka membuat
lahan parkir di traffic light depan DKK Semarang itu lho.. Jalannya
di tutup, dijadikan lahan parkir, terus jalannya dialihkan ke arah
Bergota. Cukup lucu sih caranya.
Well, itu pendapat
gue, dan pendapat 3 orang, tentang Visit Jateng 2013. sekali lagi,
ini pendapat gue, apa yang gue sampaikan berdasarkan pengamatan gue
di jalan yang gue jelajahi bersama nyonyah. Dan ini juga tentang
pendapat serta isi otak ketiga sahabat itu. Untuk lebih jelas tentang
acara ini, elo elo bisa jumping ke official web nya Visit Jawa Tengah
2013.
Sekian dulu tulisan
gue, sebagai mana di awal gue buat blog tahun 2007, sampe sekarang
gue masih belum bisa nulis ending yang bagus.
Ciao..
Salam, Rossy Ganteng
dan Olif Manis..
Post a Comment