Bangsa Batik
Di sebuah pesta..
12 Oct 2012 menek_deui Cerpen, Shake your Mind 6
Di sebuah pesta..
Sejuta, dua juta atau bahkan lima juta di akhir pekan.
Itu uang jajanku,yang kuperoleh, sendiri.
"Ini, tiga juta rupiah, terimakasih ya, om anton puas sama kamu"
"Ya om, sama sama"
"Minggu depan kita ke puncak ya"
"Ya, terserah om saja"
Yup, om anton lah yang telah membiayai kebutuhan ku.
Uangnya ku tukar dengan surga dunia, penawaran yang sepadan bukan.
23.45, Di depan rumah.
"Dasar anak setan, dari mana saja kau? Pergi pagi pulang malam. Tak
jelas kemana perginya"
"Sudah ku bilang, aku bekerja, ini ada sisa sejuta, buat mama"
"Dari mana uang sebanyak ini? Mencuri? Atau melacur?"
"Ah, tak penting, intinya besok ada sesuatu di meja makan.."
Cih, sudah diberi tapi masih saja protes, gumaku dalam hati.
Clik, kukunci pintu kamar.
Kutanggalkan semua kain yang melekat di tubuh ini.
Headset terpasang di telinga, lantas ku hempaskan badan ini ke ranjang.
Lantunan lagu itu mendayu di telingaku..
Hahaha, tak terdengar lagi ocehan mamaku.
Terdiam dia bermandikan rupiah.
Terimakasih mama, terimakasih atas jasamu.
Terimakasih kau pernah membawa om anton ke rumah, ketika kalian mabuk.
Kini, biarlah kugantikan jabatanmu, meneruskan perjuanganmu, di
belantika kehidupan malam..
Ah, tepat, ini lagu spesial, kutinggikan bar volumenya..
'Ini hidup wanita si kupu kupu malam, bekerja bertaruh seluruh jiwa raga'
5 Oct 2012 menek_deui Shake your Mind 3
Kediri, kampung halaman gue, belasan
tahun lalu..
1 Oct 2012 menek_deui Shake your Mind 2
Pagi ini, secara tidak sengaja, gue nyetel sebuah acara di tv yang
absurd banget.
Sebenernya sih acaranya baik baik saja, isinya juga ok, secara ini
acara siraman rohani gitu loh.
Lantas apa yang membuat gue berpikir kalo acaranya absurd?
Well, gue ga habis pikir sama penceramahnya..
Si penceramah kalo menurut gue, layak dapat piala citra sebagai aktor terbaik.
Kok bisa??
Di awal segment, acaranya diisi sama ceramah.
Nah, di sini si penceramah (nominator piala citra kali ya) mulai
membeberkan materi dengan suara lantang, hampir teriak, ceria, girang,
macam bocah menang lomba 17an gitu.
Semua nampak baik baik saja, aman terkendali.
Dengan sapaan hal si penceramah pada "jamaahnya" itu, semua masih aman
terkendali, belum ada kekacauan.
Tapi, semua berubah ketika negara api menyerang..
Eh, ok ok, gue lost focus..
Ulang ya..
Tapi, semua berubah ketika masuk ke segment berikutnya, yaitu doa bersama..
Anjrit, gila banget cuy, yang semula kayak om om senang gitu, tiba
tiba berubah baca doa sambil mewek mewek kayak banci ketangkep
satpolPP.
Seriusan..
Mewek abis..
Inilah kenapa gue bilang di awal kalo si penceramah layak dapat piala citra.
Aktingnya sedep banget.
Akting ceria heboh gila di awal, mewek cengeng dan lebay di akhir..
Itu guys, itu yang bikin gue mikir kalo acara ini absurd..
Gue di sini ga bermaksud menjelek jelekkan suatu acara, kaum maupun individu.
Gue membeberkan fakta, gue memberi opini dan gue berusaha berpikir cerdas.
Gue rasa cara berdoa mewek macam itu merupakan suatu kesalahan.
Kesalahan, ya kesalahan, banyak acara serupa yang di akhir segment
diisi dengan doa bersama, dan doanya pake mewek mewek ga jelas gitu.
Semacam jadi trademark deh..
Trademark pembodohan kalo kata gue.
Dengan merebaknya metode doa mewek seperti itu, publik jadi berasumsi
"oh, kalo berdoa itu musti mewek seperti si A atau si B atau si C".
Nah, salah kan jadinya..
So, bagi para penceramah, lebih bijaklah dalam menyampaikan sesuatu.
Anda ditonton dan menjadi panutan banyak orang.
Jika anda salah memaparkan ilmu, dan audience anda salah
mengaplikasikannya, jelas, itu merupakan ladang dosa bagi anda..
Sekali lagi, jangan bodoh ya..
Please, sudah banyak orang yang tersesat, jangan membuat suatu kesesatan lagi..
*satu lagi, gue penasaran, itu siraman rohani atau sinetron ya??*
Ada orang bilang, rumput tetangga memang tampak lebih hijau..
Nampak lebih hijau, nampak lebih menyenangkan untuk disirami..
Sering kali kita menganalogikan "quote" tersebut pada persoalan cinta
atau hubungan.
Memang sangat relevan, dengan asumsi, banyak pasangan yang berpaling
atau mencari "rumput" lain yang lebih hijau ketimbang rumputnya
sendiri.
Padahal, kalau dirunut lagi, hal yang terjadi adalah: kita "kurang
melihat sisi hijau" dari pasangan kita.
Begini ilustrasinya:
A punya pasangan B, C punya pasangan D.
A lihat si D begitu menarik, melebihi si B.
C lihat si B begitu menarik, melebihi si D.
A berpaling ke D, C berpaling ke B.
M punya pasangan N.
A dan C melihat N begitu menarik, melebibi B maupun D.
A dan C berusaha mendapatkan N.
Padahal, di sisi lain, M beranggapan kalau B dan D itu lebih menarik daripada N.
Nah, permasalahn jadi makin rumit bukan..
Semua itu terjadi karena kita telah mengalami penurunan rasa
"memiliki" pasangan kita.
Dalam artian, rasa syukur kita terhadap pasangan telah berkurang,
bahkan hilang, yang ada kini rasa untuk mendapatkan pasangan yang
lebih baik.
Jika itu yang terjadi, rumput tetangga selalu lebih hijau, dan itu mutlak.
Ambisi, bisa dibilang ambisilah yang berperan aktif dalam diri kita
ketika memutuskan untuk berpaling.
Kenapa ambisi?
Mari kita telaah kata kata berikut..
"Lebih mudah untuk mendapatkan sesuatu daripada mempertahankannya"
Lebih mudah mendapatkan pasangan baru daripada mempertahankan pasangan
yang sudah ada..
(Hal ini tidak berlaku bagi para Jomblo akut yang sudah sendiri selama
bertahun tahun)
Manusia tak pernah puas dalam memenuhi nafsunya.
Sudah dapat si B, masih aja ngejar si D, lantas ketika bertemu dengan
N, naluri memburu kembali membara.
Ironis ya..
Tapi begitulah manusia.
Oh ya, naluri pemburu itu tidak hanya tertanam di DNA laki laki,
perempuan pun memiliki hal yang sama, dengan besar yang sama pula.
Hanya saja, belakangan, naluri laki laki yang gemar memburu yang
terekspose, perempuan pandai menyembunyikan nalurinya.
Menyembunyikan, bukan menahan atau menghilangkan.
Mereka tetap berburu, hanya saja lebih tertutup, lebih rapi dan bahkan
lebih mematikan dalam mengejar mangsanya, dalam hal ini rumput
tetangga.
Lantas, bagaimana cara supaya kita tidak gegabah merumput di lahan
tetangga yang nampak lebih hijau?
Mudah saja sepertinya, sering seringlah sirami rumput di halaman kita
sendiri, dengan begitu, kita hanya sedikit waktu membandingkan rumput
kita dengan rumput tetangga.
Bersyukurlah setiap saat, kita telah memiliki halaman yang ditumbuhi
rumput, banyak orang di luar sana yang tak memiliki rumput, bahkan tak
berani untuk membuat halaman di mana rumput itu akan tumbuh..
Engine: Blogger Design:Ugesi Converted by LiteThemes.com